Apakah Karyawan Bergaji Layak, Bagus Untuk Bisnis?
Apakah Karyawan Bergaji Layak, Bagus Untuk Bisnis?
Tanpa
elemen karyawan, roda bisnis sebuah perusahaan tidak akan berputar.
Layaknya aset, karyawan sepatutnya mendapatkan penghargaan yang layak
dan ‘dilindungi’ dengan baik. Walaupun penghargaan tidak selalu berupa
angka gaji, namun tak dapat dipungkiri angka menjadi salah satu faktor
yang umumnya mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik.
Dari sudut pandang perusahaan, gaji karyawan merupakan sebuah titik
pertimbangan ‘apakah dengan gaji sekian besar si karyawan dapat
memberikan pemasukkan lebih untuk perusahaan, bagaimana kalau tidak’.
Jadi, apakah karyawan yang digaji dengan layak, bagus untuk bisnis?
Sudah bukan rahasia lagi bahwa di Amerika para pekerja ritel digaji
kecil dengan pendapatan per tahunnya hanya 25.310 dolar AS berdasarkan Bureu of Labor Statistics. Hal tersebut pastinya dilakukan untuk meningkatkan marjin keuntungan.
Namun, Zeynep Ton, profesor dari MIT Sloan School of Management berargumen melalui artikel di Harvard Business Review bahwa dengan taktik yang seperti itu, biasanya hanya menjadi serangan balik untuk perusahaan.
Dengan memotong kekuatan sumber daya manusia – menggaji kecil –
perusahaan mengalami penurunan performa yang akan mempengaruhi kepuasan
konsumen dan menjadikannya masalah paling utama bagi perusahaan:
penurunan penjualan.
Ton memaparkan contoh kasus Home Depot yang memotong jumlah
karyawannya dan menggaji pekerja paruh waktu untuk mengurangi biaya dan
meningkatkan keuntungan. Dalam jangka waktu pendek, Home Depot berhasil
meningkatkan keuntungan. Namun, lama kelamaan kepuasan konsumen menurun
yang kemudian menurunkan angka penjualan bahkan menjadi negatif dalam
beberapa tahun.
Ton berargumen bahwa dengan memberikan karyawan gaji yang baik, perusahaan akan menikmati hasilnya dalam jangka panjang.
Costco, salah satu ritel yang menggaji karyawannya dengan baik. CEO
Costco, Craig Jelinek menyatakan bahwa perusahaannya menghindari
strategi memberikan gaji kecil pada karyawan. “Kami mengetahui bahwa
meminimalkan perputaran karyawan dan memaksimalkan produktivitas,
loyalitas, dan komitmen karyawan lebih menguntungkan dalam jangka
panjang,”ujarnya
Pertanyaannya: Apa dasar petimbangan gaji yang baik? Tingkat
pendidikan, standar hidup di suatu wilayah, pengalaman dan lamanya
seorang karyawan bekerja di suatu perusahaan. Tentu gaji seorang kuli
bangunan berbeda dengan gaji seorang pemasar lulusan sarjana. Gaji
karyawan yang sudah bekerja selama 4 tahun tentu berbeda dengan gaji
karyawan yang baru bekerja 2 tahun.
Mungkin untuk perusahaan yang baru berdiri akan sulit memberikan
angka gaji yang mewakili kata ‘baik’ berdasarkan pertimbangan tersebut.
Alternatifnya, upah minimal regional bisa menjadi patokan.
Apabila perusahaan memperlakukan karyawannya dengan baik layaknya
sebuah aset, bukan hal yang tidak mungkin perusahaan akan semakin maju.
Apabila karyawan sudah merasa bahwa perusahaan tersebut layaknya rumah
yang memberikan perlindungan, karyawan akan betah dan bekerja lebih giat
dan bukan tidak mungkin bersedia menjadi tameng apabila sewaktu-waktu
perusahaan diterpa krisis.
0 komentar:
Posting Komentar