Perbedaan Bussiness Opportunity, Lisensi dan Waralaba

Secara umum, Bisnis Waralaba, Bussiness Oppotunity (BO) dan Lisensi memiliki kesamaan arti sebagai sebuah konsep kemitraan dalam bisnis. Artinya, ada dua pihak, yaitu pemberi hak dan penerimanya yang sama-sama meraih benefit dari kerja sama kemitraan saling percaya tersebut. Tiga model konsep bisnis ini juga memiliki kesamaan dari sisi tingkat resiko bagi peminat investasi, yaitu meminimalisir faktor kegagalan yang sebelumnya sudah diambil alih oleh pemberi hak melalui pembuktian bisnis atau merek dalam rentang waktu tertentu di tahap awal.

Pada tiga model bisnis tersebut juga memiliki kesamaan dari sisi support, dimana pemberi hak memiliki keharusan untuk men-support penerima hak agar bisa menjalankan bisnis hingga sukses.
Waralaba, Bussiness Opportunity dan Lisensi

Namun demikian, ada perbedaan antara Waralaba, Bussiness Opportunity (BO) dan Lisensi yang sangat prinsipil dari masing-masing konsep. Tapi, sekarang ini agak sulit untuk kita tahu mana yang waralaba, mana yang lisensi dan mana yang sebenarnya BO. Menurut Utomo Njoto, pakar Franchising, ada 6 (enam) hal untuk bisa membedakan ketiganya : Pertama, dari aspek merek; waralaba dan lisensi itu menggunakan merek milik franchisor atau lisensor. Tapi kalau BO tidak harus menggunakan merek milik yang jual BO.

Kedua, fokusnya. Waralaba fokusnya pada sistem bisnis. Lisensi lebih fokus pada hak kekayaan intelektual (HKI). Sedangkan BO seharusnya bicara tentang paket usaha (start up package) seperti ada mesin-mesin, bahan baku supply-nya, dan seseorang diajar untuk memulai sebuah bisnis tetapi mereknya boleh merek sendiri. Jadi lebih sederhana sebenarnya.

Di waralaba harus ada sistem support, ada pra operasional, pra launching, ada supervise launching dan ada pasca launching.

Ketiga, marketing communication. Nah di waralaba ada unsur yang terpusat. Full advertising fund dan national level sepending yang berasal dari franchisor. Tapi kalau Lisensi dan BO tidak harus terpusat. Malah sebetulnya mereka tidak berhak mengambil full advertising.

Keempat, terkait dokumen HKI. Di Indonesia waralaba itu boleh dalam bentuk surat permohonan pendaftaran merek. Seharusnya dan sebetulnya sudah menjadi sertifikat, tapi karena di Indonesia prosesnya panjang maka boleh dalam bentuk surat permohonan pendaftaran merek. Sedangkan untuk lisensi merek itu harus sertifikat merek.

Kelima, terkait regulasi. Di waralaba ada PP dan Permendag yang mana mengatur harus ada pendaftaran STPW  (Surat Tanda Pendaftaran  Waralaba) penerima dan pemberi waralaba. Di lisensi itu ada UU No. 15 mengenai merek dan lisensinya ada di pasal 43 sampai 49 yang isinya dalam hal lisensi harus ada pencatatan perjanjian lisensi.

Keenam, masalah sanksi. Di waralaba ada peringatan tertulis tiga kali dan denda paling banyak Rp 100 juta. Sedangkan di lisensi merek tidak terlalu ketat saat ini karena Departemen Hukum dan HAM sedang merumuskan PPnya. Di BO peraturannya belum jelas.

Keuntungan Berbisnis Waralaba

Waralaba adalah sistem duplikasi kesuksesan bisnis dari franchisor yang notabene telah memiliki usaha yang terbukti sukses, memiliki merek yang cukup terkenal dan memiliki system duplikasi kesuksesan usaha (SOP) kepada entrepreneur (franchise) yang belum mengerti dan paham tentang bisnis. Pendek kata adanya franchise memudahkan orang untuk menjadi entrepreneur dan yang lebih dasyat lagi, tingkat keberhasilan usaha relatif lebih besar bila dibandingkan dengan memulai usaha sendiri dari nol.trans “Waralaba”, Apa Keuntungannya?trans “Waralaba”, Apa Keuntungannya?

Waralaba merupakan sistem keterkaitan usaha vertikal antara pemilik paten yang menciptakan paket teknologi bisnis (franchisor) dengan penerima hak pengelolaan operasional bisnis (franchisee). Jadi sesungguhnya waralaba dapat dikatakan sebagai teknik menjual “Sukses” dari usaha yang sudah berhasil.
Bisnis waralaba dicirikan dengan adanya :

  • Franchisor yang menawarkan paket usaha
  • Franchisee yang memiliki unit usaha (outlet) yang memanfaatkan paket usaha milik franchisor
  • Ada kerjasama antara franchisor dan franchisee dalam hal pengelolaan unit usah
  • Ada kontak tertulis yang mengatur kerjasama

Hubungan kerjasama antara franchisor dan francisee merupakan aspek yang sangat kritikal dalam waralaba. Sukses keduanya tergantung kepada sinergi dari hubungan kedua belah pihak tersebut.

Keuntungan Berbisnis Waralaba :
Berinvestasi dibisnis franchise (waralaba) dapat menjajikan keuntungan yang menggiurakan ketimbang menaruh uang di deposito, apalagi dengan kondisi bunga bank saat ini yang dibawah 2 digit.

Pesatnya pertumbuhan waralaba beberapa tahun terakhir dengan beragam produk dan rentang nilai investasi yang juga beragam, memberikan banyak pilihan kepada calon investor franchise untuk menamkan modal di bisnis yang cukup menarik ini.

Pemodal kecil, cukup dengan Rp. 3,5 sampai Rp. 6 juta sudah dapat menjalankan usaha waralaba, sebaliknya pemodal kuat, lumayan banyak pilihan usaha mulai dari Rp. 100 juta sampai dengan milyaran rupiah.

Indonesia merupakan lahan subur untuk mengembangkan bisnis waralaba selain karena potensi penduduk sangat besar dan beragam merupakan calon pembeli yang berlimpah. Sudah cukup banyak cerita sukses yang diperoleh para waralaba dipentas bisnis Indonesia.

Resiko kegagalan bisnis waralaba jauh lebih kecil dibanding bisnis lain seperti Distributor, Direct Sales Business (Penjualan Langsung) dan berbagai konsep bisnis lain. Risiko kegagalan pembeli waralaba adalah 5% – 15%, sedangkan pada bisnis biasa berada di angka lebih dari 60%.

Konsep bisnis waralaba (franchise) akhir-akhir ini telah menjadi salah satu trendsetter yang memberi warna baru dalam dinamika perekonomian Indonesia. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, animo masyarakat Indonesia terhadap munculnya peluang usaha waralaba sangat signifikan. Animo ini terefleksi pada dua cermin yakni : jumlah pembeli waralaba dan jumlah peluang usaha (business opportunity) yang terkonversi menjadi waralaba.

Keuntungan Waralaba di banding bisnis lain :
  • Biasanya mempunyai produk yang unik, tidak mudah ditiru
  • Mempunyai keunggulan dibandingkan dengan tipe usaha sejenis
  • Mempunyai konsep usaha yang telah terbukti berhasil
  • Produk/jasa yang terjamin
  • Sudah mempunyai nama
  • Adanya standarisasi dan pengoperasian yang jelas (SOP)
  • Resiko kerugian yang rendah

Pemilik usaha yang ingin mewaralabakan usahanya untuk publik harus benar-benar membenahi sistem dulu sebelum berani menjual konsep bisnisnya ke publik.

Analisa Omzet dan Keuangan dari Bisnis Franchise (Waralaba)

Bisnis Franchise (Waralaba) adalah salah satu bisnis yang cukup menjanjikan dan mempunyai potensi besar untuk meraup rupiah dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu faktor yang menarik minat pebisnis untuk membeli franchise tertentu adalah sistemnya yang sudah teruji. Namun, kesuksesan bisnis ini tidak hanya terletak pada sistemnya saja, keseriusan dan usaha dalam mengelola Franchise (Waralaba) juga menentukan kesuksesan bisnis tersebut. Sebelum memulai bisnis ini, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu.

Salah satu aspek paling penting adalah analisa keuangan. Tidak bisa dipungkiri, bisnis Franchise (Waralaba) memang sangat menggiurkan. Fakta membuktikan bawa sistem bisnis ini mampu mencapai omzet sampai Rp 4,1 trilyun setiap bulan. Tidak tanggung-tanggun, jumlah tenaga kerja yang mampu ditampung oleh bisnis ini hampir mencapai angka 1 juta. Jumlah tersebut memang sangat fantastis untuk ukuran bisnis kecil dan menengah.

Apa reaksi Anda ketika pertama kali ditawari seseorang untuk berbisnis Franchise (Waralaba)  Apakah Anda tertarik dan segera membeli Franchise (Waralaba) tanpa perlu berpikir panjang karena sistemnya sudah terbukti? Kebiasaan ini seharusnya dihindari karena sistem teruji belum tentu mampu menjamin keuntungan besar setiap bulan. Jika Anda pebisnis sejati, Anda pasti akan melontarkan banyak pertanyaan dan menghitung seberapa besar keuntungan yang mungkin diraih dan apa saja risiko yang mungkin dihadapi nantinya.

Franchise (Waralaba) hampir tidak ada bedanya dengan perdagangan saham yang menjadikan indeks saham sebagai acuannya. Sebagai pemilik modal, Anda menanamkan modal Anda dalam jumlah sekian juta rupiah kepada perusahaan/bisnis tertentu. Selain itu, Anda juga harus siap menghadapi segala risiko kerugian atau keuntungan dari bisnis tersebut. Namun, bisnis Franchise (Waralaba) mempunyai resistensi pasar yang mungkin lebih besar daripada perdagangan saham.

Seperti apakah analisa keuangan untuk Franchise (Waralaba)  Sama sepertinya bisnis lainnya, analisa diterapkan untk memprediksi kinerja keuangan. Sebagai langkah awal, Anda bisa menggunakan BEP Analysis untuk membandingkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk balik modal dengan besarnya laba dari sistem bisnis Franchise (Waralaba). Meskipun konsepnya hampir sama dengan perdagangan saham, perhitungan untuk Franchise (Waralaba) tidak serumit indeks saham. Perhitungan ini memang cukup sederhana dan tidak memerlukan kecerdasan matematis tingkat tinggi.

Pengusaha Vs Karyawan

Antara Pengusaha Vs Karyawan - Banyak diantara kita yang mendambakan ingin mempunyai usaha sendiri, karena walau bagaimanapun setiap orang selalu menginginkan sesuatu yang lebih. Namun masalah yang dihadapi sekarang ini adalah peluang untuk bisa membangun bisnis sendiri memang tidaklah mudah, bayangkan saja apabila kita menghitung-hitung untuk modal awal saja rasanya pikiran ini sudah membuat dompet kita kembang kempis. Belum lagi memikirkan cara membuat produknya, membangun marketnya dan lain-lain, sehingga tidak mengherankan apabila banyak diantara kita yang memilih menjadi karyawan saja, karena dengan menjadi karyawan setiap bulan pasti dapat gaji.

Berapa banyak orang tua yang mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi pengusaha. Bandingkan dengan orang tua yang menyuruh anak-anaknya agar bercita-cita jadi pegawai. Melihat budaya masyarakat kita, memang sepertinya opsi kedua yang lebih banyak. Kebanyakan dari kita menginginkan anak-anak agar punya cita-cita dengan profesi-profesi yang dianggap lebih menjanjikan ketimbang jadi pengusaha.

Begitulah didikan kita sejak kecil. Pola berpikir (mindset) kita sudah terbiasa dengan bercita-cita untuk menjadi dokter, pilot, PNS, insinyur, dan profesi lainnya. Tapi jarang, bahkan dulu hampir tidak ada pendidikan yang mengarahkan kita untuk menjadi pengusaha. Paling-paling kita disuruh untuk menciptakan lapangan kerja. Tapi di sisi lain kita tidak pernah dibimbing untuk tahu bagaimana caranya menciptakan lapangan kerja.

Lulus sekolah atau lulus kuliah adalah ajang dimulainya menyebarkan surat lamaran. Ratusan lamaran pekerjaan dikirimkan ke berbagai perusahaan. Bahkan rela mendatangi satu demi satu perusahaan-perusahaan itu. Tak jarang yang mereka yang diusir security yang bosan menghadapi pertanyaan lowongan kerja. 

Maka dari itu, jalan terbaiknya memang dengan berani untuk melakukan terobosanatau membuka usaha sendiri. Karena dengan mempunyai usaha sendiri berarti kita mempunyai peluang untuk bisa meningkatkan pendapatan bulanan kita, walaupun memang dibutuhkan waktu dan usaha serta doa untuk menggapainya. Tetapi dapat dipastikan apabila dengan berusaha sendiri maka, kita akan memperoleh hasil yang sesuai dengan usaha yang kita lakukan.

Resiko bangkrut adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan masyarakat usia produktif enggan memilih menjadi wirausaha. Bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang beranggapan bahwa membuka usaha sendiri hanya mungkin dilakukan olehmereka yang terlahir dari keluarga kaya, yang bisa meminta modal seenaknya kepada orang tua. Padahal, untuk menjadi seorang wirausaha, anda tidak melulu harus punya uang/modal, bahkan hanya dengan modal ide gagasan kreatif dan inovatif pun anda sudah bisa menjadi seorang wirausaha dengan cara menjual ide anda, atau joint dengan orang yang mempunyai modal, atau meminta pinjaman dari pihak bank/penyandang dana dengan bunga rendah. Yang penting adalah kemauan, serta jangan malu untuk memulai sebuah usaha dari kecil. Bahkan seandainya usaha anda tetap kecil, buatnya 10 usaha kecil lainnya yang serupa, maka anda akan menerima keuntungan 10x lebih banyak.

Semua bidang usaha pasti memiliki resiko. Bahkan saat kita menjadi karyawan sekalipun ada resiko pemotongan gaji atau di pecat. Tapi apakah kemudian kita harus menyerah sebelum berperang? Jawabnya tidak. Resiko usaha bisa diminimalisir di-manage dan diprediksi sebelumnya melalui perencanaan yang matang. Selain itu, membuka usaha dengan cara patungan juga bisa meminimalisir resiko karena hutang-hutang perusahaan saat bangkrut akan ditanggung bersama-sama.

Lalu, apa bedanya Pengusaha dan Karyawan?

Ada karyawan yang bilang kalau menjadi pengusaha itu lebih enak. Penghasilan lebih besar, nggak terikat dan diatur-atur sama atasan. Tapi ada juga pengusaha yang berpikir kalau jadi karyawan itu lebih enak. Kalau jadi karyawan tidak perlu pusing memikirkan perusahaan, gaji pekerja, dan lain-lain. Lalu apa bedanya kalau begitu?

Jadi karyawan memang lebih enak kalau gajinya besar. Penghasilan tetap dan keamanan ekonomi keluarga terjamin. Itu kalau gajinya besar. Kalau gajinya kecil, tentu beda lagi. Jelas karyawan akan pusing juga. Belum lagi ditambah tekanan perusahaan agar bekerja lebih baik. Begitu pun kalau jadi pengusaha. Pengusaha tentunya akan sangat enak kalau usahanya maju dan stabil. Tapi pengusaha yang sering pontang-panting dan pailit, tentunya juga bisa membuat pusing.

Dari segi mental sendiri, kalau karyawan mentalnya selalu penuh dengan hitung-hitungan. Misalnya, karyawan baru akan kerja kalau digaji. Karyawan juga baru mau menjalani lembur kalau ada uang lembur. Semua perkerjaannya jadi tidak maksimal karena terbebani dengan gaji. Apalagi kalau gajinya kecil, yang ada karyawan jadi sering ngedumel ketimbang meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja. Selain itu,karyawan sendiri umumnya miskin kreativitas dan inovasi, karena ruang lingkupnya dibatasi oleh posisi/jabatannya dalam perusahaan itu sendiri, atau bisa jadi karena sudah dipatron oleh pola perusahaan itu sendiri.

Kalau pengusaha mentalnya mental bebas. Tidak ada kontrol dan sistem yang bisa mengatur dirinya. Yang mengontrol dan mengatur dirinya, hanya dirinya sendiri. Pengusaha bekerja karena ia merasa memang harus kerja. Dia lembur karena memang dirinya harus lembur. Segala yang dia kerjakan dengan penuh kepuasaan dan kesenangan. Apapun yang dikerjakan orang dengan suka hati, maka hasilnya pun akan lebih maksimal daripada orang bekerja karena tekanan-tekanan.

Tapi memang mental kebanyakan orang ialah ingin cari aman. Tentu saja kalau mau cari aman harus dengan cara mendapatkan gaji yang tetap setiap bulan. Selain itu bisa menjalani masa tua dengan tenang karena mendapatkan uang pensiun. Tapi perlu diketahui kalau karyawan itu tidak bisa berkembang jauh. Kalau pun bisa berkembang, perkembangannya terbatas. Kalau pengusaha, ia bisa bebas berkreasi. Bisa berkembang dengan perkembangan yang tanpa batas.

Berikut beberapa point perbandingan antara Pengusaha Vs Karyawan :

Karyawan

1.Gaji tetap tiap bulan, bisa diharapkan.
2. Tinggal kerja saja tidak perlu banyak berpikir.
3.Bekerja penuh tuntutan dan tekanan.
4.Bekerja diawasi atasan.
5.Selalu ada resiko pemotongan gaji, PHK dan pensiun dini.

Pengusaha

1.Tidak memiliki gaji tetap, bahkan bisa tidak ada sama sekali.
2.Disamping bekerja ia harus berencana dan berpikir kreatif.
3.Bebas menentukan tujuan yang ingin dicapai.
4.Diri sendiri adalah atasan, bawahan. Dua dalam satu.
5.Tidak ada istilah pemotongan gaji, PHK atau pensiun.

Bagaimanapun, keputusan untuk menentukan langkah ada di tangan anda sendiri, apakah mau menjadi karyawan atau pengusaha. Menjadi karyawan demi mendapatkan pengalaman sah-sah saja. Namun, merintis usaha juga bukan hal yang mustahil asal dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Tips Menjadi Pengusaha Muda Sukses

Tips Menjadi Pengusaha Muda Sukses - Semua orang tentu ingin menjadi seorang yang sukses di dalam bidang apa saja yang sedang digelutinya. Dari sekian banyak orang yang punya keinginan itu, hanya sedikit yang mampu mewujudkannya. Berikut adalah 10 Tips Menjadi Pengusaha Muda Sukses yang sangat penting untuk di ketahui bagi mereka yang ingin sukses di dalam segala usaha mereka. Selamat membaca.

1. Awali Dengan Impian dan Imajinasi
Sebelum manusia bisa mendarat di bulan, tak pernah ada yang berfikir bahwa hal itu adalah sebuah kenyataan. Ide mendarat di bulan pada awalnya adalah sebuah mimpi indah yang tak akan pernah terwujud. Namun impian dan imajinasi itu akhirnya berubah menjadi kenyataan ketika seseorang telah membuktikannya dengan pendaratan manusia pertama kali ke bulan. Yang perlu diingat adalah segala sesuatu keberhasilan itu bermula dari impian dan keyakinan dengan didorong oleh kerja keras untuk mewujudkannya. Jika anda mempunyai impian untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses dan punya niat untuk mewujudkannya, maka segeralah bangun dari mimpi anda. Bekerja keraslah untuk segera merubah mimpi anda itu menjadi kenyataan. Hanya seorang pemimpi yang mampu menciptakan dan membuat sebuah terobosan dalam produk, jasa ataupun ide yang bisa sukses. Mereka tidak mengenal kata tidak bisa atau tidak mampu.

2. Semangat dan Kegigihan

Antusiasme, semangat dan kegigihan adalah sebuah modal utama di dalam memulai sebuah perjuangan baru untuk mencapai keberhasilan. Bila anda loyo, tidak bersemangat dan dan bermalasan, yakinlah tidak lama lagi anda akan segera mengalami kegagalan total. Carilah motivasi usaha anda itu dengan mempelajari perjuangan pengusaha-pengusaha yang sukses pendahulu anda.

3. Mempunyai Pengetahuan Dasar-dasar Bisnis

Tanpa adanya pengetahuan dasar-dasar bisnis hanya akan membuat usaha anda seperti sebuah kelinci percobaan. Kemungkinan besar hanya akan banyak mengalami kegagalan. Tidak akan ada sukses tanpa sebuah pengetahuan. Yang terbaik adalah belajar sambil bekerja. Bekerja dengan orang lain dulu sebelum anda menjadi pebisnis sangat membantu anda menyerap ilmu dan pengalaman dan siap sukses.

4. Berani Mengambil Resiko

Setiap sesuatu yang kita usahakan tentu akan ada resikonya. Semakin besar hasil yang ingin dicapai, tentu kemungkinan resiko yang akan dialami apabila mengalami kegagalan juga besar. Orang yang berani mengambil resiko adalah calon orang yang sukses. Jangan takut akan kegagalan, tapi jadikanlah kegagalan itu sebagai batu loncatan menuju kesuksesan.

5. Kerja KerasHanya dengan bekerja keraslah sebuah usaha akan mengalami kemajuan dan kesuksesan. Bohong apabila ada yang mengatakan dia meraih keberhasilan yang gemilang hanya dengan duduk beberapa saat di tempat kerja seperti yang sering dikatakan pengiklan di internet. Sebenarnya awal mula mereka merintis usahanya itu adalah dengan kerja keras tanpa mengenal putus asa dan banyak berkorban waktu dan tenaga.

6. Mau Belajar Dari Pengalaman Orang Lain
Pepatah mengatakan: “Pengalaman adalah guru yang terbaik.” Seorang calon pengusaha yang sukses mau mengambil pengalaman dari orang lain dan dari dirinya sendiri. Apapun pengalaman seseorang itu baik kesuksesan atau kegagalan harus dijadikan suatu pelajaran yang berharga sebagai panduan dia dalam memulai usaha atau mengembangkan usahanya.

7. Bersedia Menerima kritikan dan Nasehat Dari Orang Lain
Sebagian orang menganggap bahwa kritikan yang ditujukan kepadanya itu adalah sebagai sebuah penghambat bagi kelangsungan usahanya. Akan tetapi bagi orang yang berfikir normal akan menjadikan kritikan atau bahkan nasehat dari orang lain itu sebagai gurunya yang membimbing dia ke arah sukses. Menerima kritikan berarti menyadari bahwa kita mempunyai kekurangan. Dengan mengetahui kekurangan yang ada pada kita maka kita bisa memperbaiki kekurangan itu. Berterimakasihlah kepada orang yang mau menegur dan mengkritik kita.

8. Menjalin Kerjasama Dengan Orang Lain
Betapapun pandainya seseorang itu, apabila dia bekerja sendiri maka perjuangannya itu hanya akan sia-sia belaka. Tidak ada seorang pebisnis pun yang mampu bekerja sendiri. Kerjasama dengan rekan, teman, mitra kerja dan klien sangat penting bagi perkembangan suatu bisnis. Merekalah yang akan memberi masukan, saran dan kritik dan membantu di saat-saat sulit. Seorang pebisnis harus mampu menjalin kerjasama dan bergaul untuk menjalin relasi bisnis dengan seluas-luasnya.

9. Berani Menghadapi Kegagalan
Jangan dikira para pebisnis yang telah mapan dan maju tidak pernah mengalami kegagalan. Bahkan mereka pun suatu waktu pernah mengalaminya. Hanya saja mereka tidak pernah putus asa dan terus berusaha sampai sukses. Orang yang takut gagal adalah orang yang pengecut yang tidak berani melakukan apapun dan kerjanya hanya menghayal saja.

10. Tidak Suka Menunda
Seperti kata pepapatah: “Time is money!” Oleh karena janganlah suka menunda-nunda suatu pekerjaan. Lakukanlah saat ini, sekarang juga selagi ada kesempatan. Menunda suatu pekerjaan berarti adalah suatu kerugian yang akan membuat anda menyesal.

Membangun Jiwa Usaha Dengan Berbisnis Franchise (Waralaba)

Peluang usaha franchise (waralaba) murah ternyata tidak kalah menjanjikannya dengan usaha franchise (waralaba) yang membutuhkan investasi yang lumayan besar, sukses tidaknya sebuah bisnis tergantung serius tidaknya kita menjalankan bisnis tersebut dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita menganggap sepele nilai dari sesuatu yang baik pada produk maupun hal-hal yang lainnya bahwa yang murah hanya sebagai coba-coba atau iseng saja tanpa keseriusan padahal jika dijalankan dengan sungguh-sungguh hal yang murah bisa menghasilkan sesuatu yang besar juga.

Kesungguhan menjalankan peluang usaha franchise (waralaba) murah bisa menghasilkan kesuksesan juga. Banyak juga mereka yang memulai dengan berbisnis franchise (waralaba) yang memerlukan investasi besar namun akhirnya tutup ditengah jalan karena tergantung mental dan keseiusan dalam menjalankan bisnisnya, dengan membeli bisnis franchise murah kita bisa melatih sikap dan mental kita sebagai seorang entrepreneur mengapa demikian? jika sebelumnya kita adalah seorang pekerja yang pola pikir dan sikapnya hanya menunggu pendapatan dari gaji tiap bulan atau pasif dalam mencari peluang ketika terjun sebagai pebisnis franchise (waralaba) sikap mencari peluang lebih diutamakan dan seorang entrepreneur tidak pernah puas dengan apa yang didapat.

Ketika seseorang memasuki masa pensiun atau sudah tidak lagi sebagai pekerja maka akan terasa betapa selama itu banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia dengan menggandalkan penghasilan yang biasa saja setiap bulannya walaupun semua tergantung posisi dan jabatan yang dipegangnya, tetapi kita tidak memiliki waktu yang banyak dan hal ini yang membuat banyak dari mereka yang mencoba keberuntungan dengan memulai berpikir kemana uang yang didapat diinvestasikan atau hanya didepositokan di Bank saja, perlu anda ketahui dengan menyimpan uang dibank apakah akan terus bertambah? mungkin uang anda aman tersimpan namun tanpa anda sadari nilai uang akan semakin susut tergilas oleh inflasi yang terjadi setiap saat.

Banyak cara orang menginvestasikan uangnya mulai dari deposito di Bank, membeli emas, surat berharga atau saham, membeli properti dan juga memulai untuk berbisnis semua mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebagai contoh mungkin cara aman adalah mendepositokan uang kita di Bank dengan mengharapkan bunga depositonya setiap bulannya yang sekian persen tetapi kita tetaplah dibebankan biaya administrasi dan sebagainya dan yang tanpa kita sadari adalah bahaya inflasi yang selalu mengancam nilai uang yang akan terus berkurang, membeli emas mungkin lebih menjanjikan tetapi perlu memiliki tempat yang aman, membeli surat berharga tentu memiliki resiko yang cukup besar dan berbisnis mungkin lebih bisa kita andalkan tetapi memulai untuk berbisnis tidaklah mudah dan cara singkat untuk memulai berbisnis adalah membeli bisnis franchise (waralaba) dan peluang usaha franchise (waralaba) murah bisa menjadi pilihan yang tepat.

Selamat berbisnis franchise (waralaba)

Menemukan Bakat Terbaik Anda

Konon di sebuah sekolah pelatihan binatang pemula, seekor anjing kecil bangga dipuji setelah mampu meloncat tinggi menangkap tulang yang dilemparkan pelatihnya. Namun, ketika dia melihat burung dapat melayang lebih tinggi dari sebuah tebing, sang anjing merasa marah dan iri. Oleh karena tidak mau kalah, sang anjing pun nekat melakukan apa yang burung itu lakukan. Sayang, is lupa akan kodratnya bahwa selamanya anjing tidak dapat terbang.

Banyak orang yang menghabiskan waktu mereka untuk memperkuat kelemahan-kelemahan dalam diri mereka. Hal ini tidaklah efektif. Bukankah sebaiknya Anda mempergunakan waktu Anda sebaik-baiknya untuk memperkuat kekuatan Anda? Ketika kita di sekolah, jika pelajaran matematika kita bagus dan bahasa Inggris kita kurang, orangtua kita cenderung "memaksa" kita untuk lebih meluangkan waktu untuk pelajaran bahasa Inggris. Hal ini tidaklah salah, namun dalam kehidupan kita setelah sekolah, kita akan lebih efektif jika meluangkan waktu dengan memperkuat kekuatan kita.

John Maxwell, seorang pakar pengembangan diri, dengan sederhana memaparkan bahwa jika dalam skala 1-10, 1 artinya Anda lemah di bidang itu dan 10 artinya Anda sempurna dan brilian di bidang Anda. Jika Anda meraih 2 di bidang terlemah Anda, dan Anda berusaha sekuat tenaga memperbaikinya sehingga mendapat nilai 4, hal ini tetap di bawah angka rata-rata. Tidak ada perusahaan atau orang yang rela membayar untuk mereka yang rata-rata. Contoh, tidak ada orang yang rela antre untuk dapat makan di restoran yang biasa-biasa saja, tidak ada orang mau antre untuk penyanyi yang biasa-biasa saja. Namun, jika nilai kekuatan Anda saat ini adalah 7 dan Anda bekerja keras menaikkannya sehingga dapat meraih 9, akan banyak perusahaan dan orang yang berbondong-bondong mencari Anda. Orang tidak akan menjadi sukses jika hanya meniru orang lain untuk mengejar sesuatu yang bukan potensi terbaiknya dan malah melupakan apa yang ada pada dirinya. Tuhan tidak mungkin menciptakan seorang manusia tanpa maksud dan potensi. Sang Pencipta memberikan kepada setiap manusia ciptaan-Nya sebuah hadiah yang dibungkus rapi.

Namun sayangnya, banyak orang yang tidak membuka hadiah yang diberikan-Nya, malahan mereka mencari hadiah "lain" di luar sana. Kesuksesan hakiki adalah menemukan potensi terbaik dalam diri kita dan mampu memaksimal-optimalkan potensi din dalam menghadapi tantangan apa pun sehingga timbul kebaikan, baik bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitar.

Michael Jordan cukup menjadi pebasket top untuk dibilang sukses, tanpa harus menjadi presiden. Einstein pun cukup menjadi ilmuwan untuk dibilang sukses, tanpa harus menjadi pebasket. Saya tidak pernah melupakan nasihat dari pemilik perusahaan tempat saya bekerja, ia selalu mengingatkan, "Jika Anda yang terbaik, banyak orang akan datang mencari Anda, jika saat ini tidak banyak yang mencari Anda berarti Anda belum menjadi yang terbaik. Ingatlah, untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam pekerjaan Anda."

Jangan tanyakan pada diri Anda apa yang dibutuhkan dunia; bertanyalah apa yang membuat Anda "hidup" kemudian kerjakan. Karena yang dibutuhkan dunia adalah orang yang antusias.

Belajar Mencintai Diri Sendiri

Apa pun yang Anda rasakan tentang diri Anda saat ini, berikut ini lima langkah yang dapat Anda ambil untuk lebih mencintai diri Anda sendiri dan mengembangkan harga diri dan rasa percaya diri yang Anda butuhkan untuk mencapai sebuah kualitas hidup yang luar biasa.

1) Terima Diri Anda Apa Adanya
Sebelum Anda dapat mencintai diri Anda, pertama-tama Anda harus menerima diri Anda yang unik. Terima penampilan dan tubuh fisik Anda. Terima kepribadian dan karakter unik Anda. Terima suku dan peninggalan keluarga Anda. Terima keunggulan, juga kelemahan-kelemahan Anda. Jangan mengharapkan diri Anda sempurna. Tidak ada orang yang sempurna.

2) Terima dan Beri Pujian
Belajarlah untuk menerima pujian yang diberikan orang lain kepada Anda. Banyak orang Asia merasa sulit menerima pujian karena orang Asia percaya bahwa seseorang tidak boleh menonjolkan dirinya. Di dalam budaya Asia, sangat umum di mana seseorang yang menerima pujian membalas dan berkata, "Itu bukan apa-apa" dan "Saya cuma sedang beruntung". Sesekali kita bahkan merespons pujian dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan kita dan hal-hal mana yang tidak berjalan baik.

Pujian adalah sebuah hadiah dan kita perlu menerima mereka dengan sepenuh hati, membalas dengan kalimat, "Terima kasih" dan memperkuat pikiran di benak kita bahwa kita telah melakukan pekerjaan yang bagus dan pantas menerima pujian itu. Selain itu, berikan juga pujian yang tulus kepada orang-orang di dalam hidup Anda. Saat Anda melatih diri Anda untuk melihat dan mengutarakan kebaikan orang llain, Anda akan melakukan hal yang sama pada diri Anda sendiri.

3) Buatlah sebuah Catatan Kesuksesan
Banyak orang cenderung berfokus dan mengingatkan diri mereka pada kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan di masa lalu. Pada saat bersamaan mereka meremehkan kelebihan-kelebihan mereka dan melupakan pencapaian yang telah mereka miliki. Ini adalah resep untuk membuat diri Anda selalu terlihat buruk. Sebuah cara yang hebat untuk membesarkan harga diri Anda adalah dengan membuat catatan kesuksesan. Tulislah sebuah daftar pencapaian dan 'keberhasilan' pribadi Anda. Ingatlah bahwa tidak ada pujian yang terlalu kecil untuk ditulis.

4) Perlakukan Diri Anda dengan Baik
Perlakukan diri Anda seperti perlakuan Anda kepada orang yang paling Anda hormati, kagumi, dan cintai. Anda tidak akan berbohong dan melanggar janji kepada teman karib, bukan? Serupa dengan itu, jangan melanggar janji kepada diri Anda sendiri.

5) Puji, Cintai, dan Semangati Diri Anda
Sebagai manusia, kita semua ingin dicintai dan dihargai. Saat kita dipuji atas prestasi-prestasi kita, itu mendorong harga diri dan kepercayaan diri kita. Hal itu memberi kita pendorong emosi yang mengarahkan kita menuju lebih banyak kesuksesan.

Jadi, mengapa kita tidak menggunakan waktu kita untuk mencintai dan memuji dir Anda sendiri?

Berpikir Luas Kemudian Fokus

Sukses berarti menyempitkan dan memusatkan perhatian kita pada satu hal, tidak tercecer-cecer di seluruh permukaan peta. Tetapi tunggu dulu! (Muncullah penyangkalan). Jangan menentukan fokus Anda terlalu cepat. Di setiap awal apa pun -- karier, cita-cita, proyek -- kita justru perlu melakukan kebalikan dari fokus. Kita perlu berpikir luas.

Itulah mengapa mereka mendirikan sekolah-sekolah, sehingga kita bisa terekspos ke berbagai mata pelajaran yang berbeda, dan menemukan apa yang memikat hati kita. Dan, percaya atau tidak, mata pelajaran-mata pelajaran yang tampaknya tidak berguna tersebut nantinya akan datang lagi untuk membantu kita memusatkan perhatian pada satu hal. Bob Rogers, pendiri BRC Imagination Arts, berkata, "Di sekolah, kebanyakan orang bertanya, 'Apa sih gunanya pelajaran ini?' tetapi nantinya, semua akan bersinambungan. Hanya dengan meninjau kembali, Anda akan menemukan bahwa setiap hal yang kita pelajari itu berguna."

Adam Bly, pendiri majalah sains SEED, mengatakan bahwa berpikir luas sering merupakan saat ketika kita menanamkan benih-benih fokus kita untuk masa depan: "Pada awalnya, Anda harus berpikir secara luas, dan kemudian, biarkan diri Anda mengembara sebentar untuk mengetahui jalan yang terbaik untuk mencapai fokus, dan pada akhirnya, kita memerlukan fokus jangka panjang untuk sampai ke sana."

Ahli genetik medis kawakan, Josef Penninger, berkata padaku, "Anda perlu berpikir secara luas, karena Anda memungut cuilan-cuilan dari sana-sini dan kemudian menyusunnya menjadi suatu spesialisasi, dan kemudian semuanya akan klik." Cara ini berhasil untuk Josef ketika ia memusatkan perhatiannya pada penyembuhan osteoporosis, dan menemukan gen master yang menyebabkannya.

Belajar untuk menjadi seorang dokter memerlukan fokus yang intens, namun Sherwin Nuland, seorang profesor klinis bagian bedah di universitas Yale, berkata padaku bahwa ia memulai dengan berpikir luas: "Aku tidak segera memfokuskan diri di awal karierku. Aku berpikir secara luas. Anda ingin mempelajari semua yang bisa Anda raih. Ketika sampai saatnya aku diterima di sekolah kedokteran, aku telah mempelajari literatur dan sejarah, dan Anda akan menjadi lebhi baik ketika Anda fokus karena Anda bisa meletakkan semua hal yang telah Anda petik di depan Anda."

Salah satu pendiri Google, Larry Page, berkata padaku, "Anda harus fokus pada satu tujuan penting. Waktu yang diperlukan untuk melakukan semua ini sangatlah lama, dan Anda perlu benar-benar memusatkan pikiran Anda. Namun, Anda juga perlu benar-benar mengerti hal-hal lainnya. Di Stanford, kami membangun seluruh search engine, sehingga kami benar-benar harus mengerti semua bagian, kami harus berinteraksi dengan dunia, dan kami harus memberikan inovasi di berbagai bidang seperti bisnis, dan bukan hanya ilmu komputer, untuk membuat sistem kami berhasil."

Ya, berpikir secara luas memang penting pada waktu-waktu tertentu, tetapi jika kita melakukannya terlalu lama, energi kita akan tercurah ke berbagai arah. Kita menjadi amatir di berbagai hal, dan tidak menjadi ahli di satu bidang pun. Jadi, di beberapa titik, kita perlu mengganti persneling, menyempitkan perhatian, dan fokus pada satu bidang. Seperti halnya Don Norman, penulis Thw Way Things Work, yang mengatakan, "Pada setiap permulaan, Anda harus berpikir secara luas, tetapi Anda tidak akan pernah bisa menyelesaikan apa pun jika Anda tidak fokus."

Ketika Anda memusatkan cahaya matahari melalui kaca pembesar, terkumpulah energi yang cukup untuk menghasilkan api. Jadi, gunakanlah prinsip yang senada dalam hidup Anda sendiri. Fokuskan semua energi Anda pada satu hal, dan biarkanlah semua itu membantu Anda dalam menyalakan kesuksesan Anda.

Ketika aku berusaha untuk merencanakan sesuatu, aku berpikir secara luas. Tetapi ketika aku berusaha menyelesaikan sesuatu, aku sangat fokus. - Deborah McGuinness (senior ilmuwan peneliti, Stanford)

Tips Memulai Bisnis Franchise (Waralaba)

Kali ini saya ingin berbagi Sedikit Tips Memulai Bisnis Franchise (Waralaba)
 Perkembangan minat masyarakat terhadap investasi dibidang bisnis, secara tidak langsung mendorong pertumbuhan franchise yang ada di Indonesia juga semakin meningkat. Beragam jenis penawaran investasi melalui kemitraan (franchise) mendapatkan respon yang cukup baik dari para calon investor. Hal ini dibuktikan dengan menjamurnya berbagai macam produk maupun jasa di pasaran yang saat ini lebih banyak ditawarkan dengan sistem franchise.

Menjalankan bisnis franchise memang sangat menggiurkan. Selain keuntungan yang dijanjikan cukup besar, peluang bisnis franchise dikembangkan dengan manajemen yang benar-benar matang. Sehingga sebagai peluang bisnis, franchise memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bisnis non kemitraan. Beberapa keunggulan pola kemitraan diantaranya masalah permodalan yang cukup jelas, dukungan sistem dan manajemen yang sudah mantap, serta dukungan media pemasaran yang juga tak kalah menarik. Tidaklah heran bila saat ini banyak calon investor yang tertarik menjalankan bisnis franchise, karena pada dasarnya franchise menjadi salah satu alternatif bagi para pemula untuk memulai bisnis dengan mudah.
Meskipun demikian untuk bisa sukses menjalankan bisnis franchise tidaklah semudah yang kita bayangkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan para pelaku usaha baik yang menawarkan sistem kemitraan (franchisor), calon investor, maupun franchisee (yang membeli kemitraan) sebelum mereka menjalankan usaha. Apa saja persiapan yang perlu diperhatikan? Berikut kami sampaikan tips memulai bisnis franchise, semoga dapat menambah informasi dan menjadi tambahan pengetahuan Anda sebelum terjun kedalam bisnis tersebut kedepannya.
Pertama, siapkan diri Anda untuk menjadi seorang entrepreneur. Sebelum menjadi seorang franchisor, calon investor, maupun franchisee, sebaiknya ubahlah pola pikir Anda yang sebelumnya terbiasa menjadi seorang karyawan, beralih ke mindset (pola pikir) seorang entrepreneur yang berani mengambil tantangan sebagai peluang. Siapkah Anda menjadi seorang wirausaha?
Kedua, pelajari segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan franchise sebelum Anda membuka kemitraan atau bergabung dengan kemitraan yang ditawarkan franchisor. Sebut saja Peraturan Pemerintah RI No.42 Tahun 2007 yang berisi tentang enam kriteria bisnis franchise atau waralaba beserta persyaratan dalam membuat prospektus penawarannya.
Ketiga, tingkatkan kemampuan Anda untuk berinteraksi dan membina hubungan baik dengan banyak orang. Menjadi seorang pengusaha menuntut Anda untuk selalu berkomunikasi dan bernegosiasi dengan berbagai pihak. Misalnya saja ketika mendelegasikan tugas kepada karyawan, membangun jaringan bisnis dengan calon investor, atau berkomunikasi langsung dengan para supplier dan konsumen.
Keempat, siapkan modal usaha yang cukup. Menjadi seorang franchisor maupun franchisee tentunya membutuhkan modal usaha yang cukup besar. Tidak hanya modal awal untuk memulai usaha saja yang perlu disiapkan, namun setidaknya Anda memiliki dana cadangan untuk mencukupi biaya operasional selama perjalanan usaha. Sebab, sebagian besar franchisor dan franchisee yang mengalami kegagalan adalah mereka yang kekurangan modal ketika berada di tengah perjalanan bisnisnya.
Kelima, jadilah orang yang ahli sebelum akhirnya menjalankan franchise. Saat ini banyak franchisor dan franchisee yang menjalankan bisnis franchise dengan sistem coba-coba, dan bisa dipastikan hasilnya pun tidak dapat optimal. Sehingga tidak sedikit jumlah franchisor dan franchisee yang akhirnya menutup usahanya, karena belum siap menghadapi segala hambatan yang muncul di tengah perjalanan usaha.
Sukses menjalankan bisnis franchise tentunya menjadi impian bagi semua franchisor maupun franchisee. Karena itu sebelum terjun di bisnis franchise, sebaiknya bekali diri Anda dengan beberapa persiapan di atas.
Sekian dulu sedikit Tips Memulai Bisnis Franchise (Waralaba) dari saya. Semoga membantu. :)

Tips Membeli Bisnis Franchise (Waralaba)

Kali ini saya ingin berbagi sedikit Tips Membeli Bisnis Franchise (Waralaba).

Berbisnis, meskipun dengan sistem waralaba tetap harus dipertimbangkan dengan baik. Sebelum Anda memutuskan membeli bisnis waralaba, sebaiknya ikuti tips yang berikut:
Datanglah ke pameran waralaba dan peluang bisnis dengan gagah berani. Jangan minder. Bertindaklah seperti seorang bos yang akan mencari mitra bisnis, karena Anda yang akan menentukan segalanya. Jika Anda memiliki lokasi usaha yang strategis dan modal, Andalah penentunya, bukan pemilik merek. Meski pemilik merek sering menggertak dengan kata-kata: ‘kita akan survey dululah, kita belum bisa menentukan sekarang, dll.
Bertanyalah sebanyak-banyaknya dalam kesempatan pameran. Panduan penting yang harus dapat Anda ketahui adalah:
§  Mengetahui profil dan karakter pemilik atau pendiri usaha tersebut.
§  Gali informasi mengenai kondisi keuangan dan bisnisnya.
§  Jika mereka bebas bertanya tentang kondisi keuangan dan modal yang Anda tanamkan dalam bisnis tersebut, Anda juga bebas bertanya kondisi perusahaan pemilik merek tersebut.
§  Kenali latar belakang perusahaan atau sang pengusaha, bonafiditas, pengalaman, potensi pasar, peta persaingan, serta keunggulan dan keunikan produk atau sistem mereka.
Dari tips komunikasi interaktif di atas, Anda dapat mengukur seberapa jauh mereka terbuka dengan  bisnis yang akan diwaralabakan. Ini penting karena Anda akan melakukan komunikasi secara intens jika sudah menjadi mitra. Semakin mereka terbuka, semakin baik. Semakin mereka misterius dan tertutup, Anda harus berhati-hati dengan orang semacam ini.
Ingat, kelak Anda harus saling bertukar informasi dengan mereka. Bayangkan dan perkirakan, Apakah Anda bisa berkomunikasi secara nyaman dengan mereka kelak jika mereka tertutup dan berusaha menutup-nutupi usaha, dimana Anda menjadi mitranya?
Jangan segan menyelidiki kondisi keuangan pewaralaba. Kinerja mereka di masa lalu dapat menjadi proyeksi bisnis anda mendatang. Pewaralaba yang baik tak akan segan membagi informasi penting ini. Waralaba yang layak pilih adalah perusahaan yang telah menghasilkan untung selama bertahun-tahun, setidaknya lebih dari 3 tahun. Tanyakan pula kinerja cabang atau gerai milik terwaralaba lama. Apakah mereka untung atau malah gulung tikar. Tak ada salahnya kalau Anda mencoba menggali informasi langsung dari terwaralaba lama yang lebih dulu beroperasi.
Sekian dulu tips membeli bisnis franchise (waralaba) dari saya. Semoga membantu. :)

Apa itu Franchise?

Franchising (pewaralabaan) pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Dengan demikian, franchising bukanlah sebuah alternatif melainkan salah satu cara yang sama kuatnya, sama strategsinya dengan cara konvensional dalam mengembangkan usaha. Bahklan sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan managemen, keculai kerelaan pemilik merek untuk berbagi dengan pihak lain. Franchising juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchisee.

Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70an ketika masuknya Shakey Pisa, KFC, Swensen dan Burger King. Perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan penerima waralaba di Indonesia. Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena terjadi krisis moneter. Para penerima waralaba asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok sangat dalam. Hingga 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum stabili ditandai dengan perseteruan para elit politik. Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine Company, produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh perusahaan otomotif General Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan bermotor dengan menunjuk distributor franchise pada tahun 1898. Selanjutnya, diikuti pula oleh perusahaan-perusahaan soft drink di Amerika sebagai saluran distribusi di AS dan negara-negara lain. Sedangkan di Inggris waralaba dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade 60an.


Definisi:
Masing-masing negara memiliki definisi sendiri tentang waralaba. Amerika melalui International Franchise Association (IFA) mendefinisikan franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise, dimana franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau kontrol pemilik (franchisor), dimana franchisee menamankan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri.
Sedangkan menurut British Franchise Association sebagai garansi lisensi kontraktual oleh satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan:

Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor.
Mengharuskan franchisor untuk melatih kontrol secara kontinyu selama periode perjanjian.
Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada subjek bisnis yang dijalankan—di dalam hubungan terhadap organisasi usaha franchisee seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen atau yang lainnya.
Meminta kepada franchise secara periodik selama masa kerjasama waralaba untuk membayarkan sejumlah fee franchisee atau royalti untuk produk atau service yang disediakan oleh franchisor kepada franchisee.


Sejumlah pakar juga ikut memberikan definisi terhadap waralaba. Campbell Black dalam bukunya Black’’s Law Dict menjelaskan franchise sebagai sebuah lisensi merek dari pemilik yang mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau service atas nama merek tersebut.

David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor.

Sedangkan menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan sebagai sebuah kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati.

Selain definisi menurut kacamata asing, di Indonesia juga berkembang definisi franchise. Salah satunya seperti yang diberikan oleh LPPM (Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen), yang mengadopsi dari terjemahan kata franchise. IPPM mengartikannya sebagai usaha yang memberikan laba atau keuntungan sangat istimewa sesuai dengan kata tersebut yang berasal dari wara yang berarti istimewa dan laba yang berarti keuntungan.

Sementara itu, menurut PP No.16/1997 waralaba diartikan sebagai perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Definisi inilah yang berlaku baku secara yuridis formal di Indonesia.