5 Kebiasaan Buruk Para Pengusaha Baru

Terdapat beberapa kebiasaan buruk para pengusaha yang baru memulai bisnis:
1. Mengambil proyek terlalu banyak
Semangat yang sangat berlebihan bisa menjadi kelemahan bagi para pembisnis baru, tapi disisi lain juga kekuatan. Pada saat seorang pembisnis tidak bisa fokus pada satu tugas dalam waktu 5 menit, maka pekerjaan yang dihasilkan akan menjadi tidak maksimal. Untuk mengatasinya adalah dengan menentukan prioritas dari pekerjaan yang menumpuk.

2. Tidak menghiraukan keseimbangan antara kerja dan pekerjaan
Pengusaha yang sudah berpengalaman pasti menyadari pentingnya keseimbangan hidup. Karena bekerja terlalu berlebihan akan menyebabkan stress. Pengusaha baru yang bekerja dirumah mungkin pada saat awal bisa menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan rumah, tapi seiring dengan berkembangnya bisnis, kehidupan rumah bisa tercampur aduk dengan urusan bisnis, hal ini sangat berbahaya. Untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan waktu sebaik mungkin.

3. Tidak mempunyai strategi
Permasalahan kadang muncul karena pengusaha mengambil terlalu banyak pekerjaan, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas kerja. Dibandingkan dengan mengambil strategi, pembisnis baru terkadang bekerja seperti “pemadam kebakaran” atau dengan kata lain menghadapi masalah yang muncul dengan reaksi yang berlebih, dibandingkan menyelesaikan masalah dengan strategi yang matang. Untuk mengatasi masalah ini cobalah untuk duduk sejenak untuk memikirkan strategi-strategi terbaik dalam menyelesaikan masalah yang timbul.

4. Bergantung pada kebiasaan
Memang sangat terasa nyaman untuk bergantung kepada orang-orang yang biasa menjadi penolong kita. Tapi jika pengusaha terlalu bergantung pada zona nyaman mereka, maka kreatifitas pun jadi terhambat. Anda jadi cenderung malas untuk menemukan inovasi-inovasi baru yang mungkin akan lebih berdampak hebat pada bisnis anda.

5. Tidak bisa menerima saran
Secara natural apabila kita sudah berhasil terhadap bisnis adalah rentan terhadap saran. Padahal tidak ada kesuksesan yang sempurna, pasti terdapat celah-celah kesalahan yang bisa menjadi kunci keretakan bisnis anda. Jika saran yang diberikan terhadap masalah bisnis anda tidak di perhatikan maka akan menumpuk dan sedikit demi sedikit akan menggerogoti bisnis anda.

Faktor Lokasi Dalam Keberhasilan Usaha Waralaba

Mungkin Anda pernah melihat sebuah usaha waralaba yang cukup terkenal di sebuah lokasi sepi dikunjungi pembeli. Padahal di beberapa tempat dengan merek serupa, usaha tersebut dihiasi lalu lalang pembeli. Yang terpikir kemudian tentunya, di mana letak kekurangannya? Bisa jadi hal tersebut disebabkan karena lokasi usaha yang tidak sesuai.

Meski berencana membeli ijin sebuah usaha waralaba telah terkenal, jangan lupa bahwa Anda tetap harus memikirkan lokasi usaha yang akan diambil. Jangan dianggap sepele, kesalahan dalam memilih lokasi usaha akan bisa berakibat fatal pada usaha Anda nantinya.

Ada beberapa cara yang dijalani oleh calon franchisee dalam menentukan lokasi usaha. Biasanya calon franchisee akan diberikan kesempatan menentukan pilihan lokasi yang akan dipilih. Selanjutnya, franchisor yang mengirimkan stafnya sebagai utusan untuk melakukan survei kelayakan lokasi.

Namun dalam beberapa kasus memang terdapat franchisor yang melepas tangan dalam penentuan lokasi usaha. Justru mungkin Anda harus lebih berhati-hati untuk ini. Yang pasti Anda sebaiknya jeli memilih lokasi yang tentunya disesuaikan dengan target pasar. Pasar dalam hal ini adalah siapa calon pembeli yang akan ditawarkan produk atau jasa.  Untuk itu  konsep jelas tentang siapa pasar terlebih dulu telah harus clear.

Sebagai contoh, jika ingin menjual makanan untuk anak-anak sekolah, maka sebaiknya pilihlah tempat menjual makanan di dekat sekolah. Begitu pula jika Anda ingin berjualan makanan untuk karyawan kantor, maka sebaiknya ambil saja tempat di perkantoran. Begitu seterusnya. Pemilihan lokasi yang tidak disesuaikan dengan target pasar biasanya akan membuat usaha makanan tersebut menjadi lebih cepat untuk tutup.

Khusus untuk waralaba ritel misalnya, lokasi usaha yang baik adalah yang memberikan akses pada sejumlah besar kelompok target pasar. Fasilitas yang baik, lalu lintas customer yang cukup, demografi populasi yang padat perlu dikaji.

10 Hal Yang Bisa Menentukan Masa Depan Bisnis Retail

Siap atau tidak, retail di Indonesia bakal menghadapi persaingan yang demikian sengit. Apalagi dengan semakin maraknya retail-retail asing di Indonesia yang punya kekuatan merek dan fulus yang “tak terbatas”. Oleh karenanya retail di Indonesia perlu mewaspadai atau memahami berbagai tren yang akan terjadi pada dunia retail di masa depan. Berikut adalah 10 hal yang bisa menentukan masa depan bisnis retaill.
  1. Promosi harga sudah seharusnya
    Setiap retail, baik retail kecil maupun besar ataupun retail untuk segmen bawah atau premium. Semuanya tak akan lepas dari promosi harga. Strategi ini seolah sudah menjadi strategi generik. Sama halnya dengan obat yang menawarkan kemanjuran strategi ini tidak bisa dijadikan strategi yang unik. Namun demikian strategi ini juga tidak bisa ditinggalkan. Kini pilihannya adalah kapan program promosi harga ini dilakukan dan kreativitas apa yang bisa dikembangkan. Beberapa peretail merek premium berkreasi dengan menawarkan program diskon besar-besaran pada malam hari. Program midnight sale ini ternyata disambut antusias dan seolah mulai menjadi wabah di ibu kota.
    Kreativitas dalam promosi harga juga tidak selalu dalam bentuk diskon. Promosi harga bisa juga dilakukan dalam bentuk cash back atau buy one get two. Namun apapun kreativitas yang dilakukan, peretail di masa depan tak akan bisa meninggalkan program promosi harga begitu saja.
  2. Menjual experience lebih penting
    Produk yang dijual memang menjadi daya tarik bagi konsumen untuk datang ke retail. Namun demikian, jangan terpaku pada produk tanpa menghadirkan pengalaman yang unik bagi konsumen. Yang lebih menjadi daya tarik bagi konsumen untuk datang ke Bread Talk atau Jco bukanlah roti abon atau donat rasa almond, tetapi pengalaman terhadap merek itu sendiri. Berdasarkan riset dari Nielsen, 93 persen dari konsumen Indonesia menjadikan retail sebagai tempat rekreasi. Mereka akan semakin banyak berbelanja jika terpuaskan oleh pengalaman yang diciptakan oleh peretail. Experience ini bisa dikembangkan melalui banyak dimensi seperti permainan dengan panca indera (tampilan, bunyi, bau, dll), maupun melalui interaksi dengan konsumen. Itulah sebabnya, menjual pengalaman akan menjadi hal yang lebih dicari oleh konsumen ketimbang produk yang dijual.
  3. Berlarilah dengan teknologi
    Teknologi akan berperan besar bagi retail di masa depan. Sekalipun konsumen menganggap pergi ke retail sebagai rekreasi, mereka tetap saja merupakan konsumen yang tidak sabaran. Di zaman serba cepat ini, mereka membutuhkan pelayanan yang cepat dari sebuah retail. Ada tiga macam teknologi yang akan mempengaruhi kekuatan retail masa depan. Pertama adalah teknologi di bidang inventori, dimana peretail membutuhkan teknologi yang bisa dengan cepat mengidentifikasikan inventori dan memberi sinyal dengan cepat jika terjadi kekosongan barang. Kedua adalah teknologi di bidang transaksi. retail masa depan membutuhkan teknologi yang bisa membuat transaksi selesai dalam waktu lebih cepat serta tidak menciptakan antrian yang panjang. Ketiga adalah teknologi yang bisa membantu menciptakan retensi dan hubungan dengan pelanggan. Misalnya untuk menginformasikan point reward atau produk-produk baru melalui ponsel.
    Teknologi seperti RFID (Radio Frequency Identification) atau LBS (Location Based Service) tampaknya akan bermunculan di masa mendatang karena teknologi semacam inilah yang bisa membantu peretail memberi pelayanan yang cepat dan tepat.
  4. Mengikat konsumen dengan program loyalty
    Di masa depan peretail harus punya program loyalty yang unik dan experiential bagi konsumen. Semakin banyaknya pilihan retail membuat konsumen tidak bisa loyal kepada satu retail. Lihat saja hasil survei di AS yang menunjukkan bahwa cuma 15 persen konsumen yang selalu datang ke retail yang sama. Oleh karena itulah peretail harus memiliki program loyalty yang kuat untuk mengikat mereka. Program loyalty dilakukan bukan dengan kartu anggota atau kartu diskon semata. Program loyalty harus disusun berdasarkan kebutuhan konsumen yang unik. Oleh karena itu pengumpulan dan penggalian database akan semakin penting bagi peretail. Database yang baik akan menjadi kekuatan menyusun program loyalty.
  5. Co-branding dengan semakin banyak pihak
    Untuk menciptakan program loyalty secara terus-menerus, peretail mau tidak mau harus melakukan co-branding dengan banyak pihak. Co-branding bisa dilakukan dengan sesama partner di dalam industri maupun partner di industri lain. Tujuannya adalah untuk memperkuat dampak promosi yang dilakukan dan mengefisiensikan program-program promosi. Selain itu, co-branding juga membuat kreativitas retail tidak terpaku pada program-program yang konvensional. Indomaret berkerjasama dengan Mandiri mengeluarkan kartu yang bukan hanya menjadi kartu isi ulang tetapi juga bisa dipergunakan untuk membayar listrik dan telepon di toko-toko Indomaret. Artinya Indomaret kini bukan sekadar menjual produk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga point of payment untuk berbagai pembayaran rutin.
  6. Fokus kepada individu dan interaktif
    Di masa depan, konsumen ingin dilihat sebagai individu dan bukan sebagai orang yang sama dengan yang lain. Mereka mengharapkan retail memberikan banyak fleksibilitas bagi konsumen untuk menentukan apa yang mereka mau. Oleh karena itu peretail harus mempersiapkan topping dan fitur yang banyak untuk dipilih oleh konsumen. Seperti halnya eskrim, produknya boleh sama, tetapi konsumen bisa menaruh bermacam-macam tambahan di atas eskrim tersebut. Kalau perlu, konsumen akan terjun langsung ke pembuatannya sehingga mereka lebih bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.
  7. Totalitas dalam pelayanan akan menjadi tuntutan konsumen
    Konsumen Indonesia akan semakin melihat pelayanan prima sebagai sebuah keharusan di dunia retail. Menurut survei yang dilakukan oleh Accenture di beberapa negara, ternyata keputusan pembelian nomor satu dipengaruhi oleh pelayanan. Di Indonesia sendiri kesadaran retail di bidang pelayanan sebenarnya sudah bertumbuh, namun demikian komitmen pelayanan ini masih terbatas pada keramahan saja. Padahal totalitas dalam pelayanan mencakup banyak aspek, mulai dari konsumen masuk sampai ke layanan purna jual.
  8. Fast fashion
    Peretail akan menghadapi rentang waktu yang semakin pendek dari sebuah produk untuk menjadi fashion product. Ibaratnya, kalau hari ini konsumen berebut membeli produk yang lagi “in”, maka besok, konsumen berharap produk yang lagi in tersebut sudah berubah. Dengan perubahan yang cepat, peretail harus selalu fleksibel untuk menyediakan item-item baru dalam waktu yang relatif singkat. retail seperti Chico di Inggris selalu menawarkan merchadising baru setiap dua atau tiga minggu. Dengan demikian pengunjung selalu disegarkan dengan tampilan baru.
  9. Green Program
    Kesadaran lingkungan juga akan menghinggapi konsumen retail. Edukasi kepedulian lingkungan seperti global warming akan semakin kuat. Akibatnya konsumen juga semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Bagi peretail, isu-isu lingkungan harus bisa ditangkap dengan baik dan diterjemahkan ke dalam program peretail. Green program yang sekarang lagi tren dijalankan adalah pengurangan penggunaan plastik untuk membawa belanjaan. Carrefour misalnya, sudah mulai menjual kantong yang bisa dipakai terus sehingga tidak membuat pencemaran lingkungan oleh pembuangan plastik berlebihan. Beberapa peretail bahkan memberikan poin tambahan jika konsumen membawa kantong sendiri dari rumah.
  10. Channel retail yang semakin kabur
    Jangan kaget kalau nantinya kita sulit mencari channel yang benar-benar spesialis di satu kategori produk. Kecenderungannya setiap peretail ingin mengikat konsumen sehingga ahirnya mereka berusaha menjadikan retailnya sebagai one stop shopping. Selain itu tuntutan konsumen agar retail menghadirkan sesuatu yang berbeda membuat peretail akhirnya justru menambah item produknya dari berbagai macam kategori. Seperti halnya apotik menjual makanan, toko buah menjual produk rumah tangga. Di luar negeri, hipermarket juga berjualan mobil.

Titik Terlemah Bisnis Franchise di Indonesia

Bisnis franchise saat ini tengah menjadi model bisnis paling popular di negeri ini. Laiknya sebuah mode, system bisnis franchisepun banyak diperbincangkan di mana-mana. Seseorang yang baru mendirikan bisnis resto, terlintas untuk segera memfranchisekan bisnisnya. Begitu juga dengan pebisnis bengkel, pijat refleksi, hingga software komputer. Hampir dipastikan, semua sedang berfikir bisnis apa lagi yang dapat difranchisekan. 

Meski hal ini bukan sebuah kekonyolan, tetapi masyarakat pebisnis hendaknya menyadari bahwa sebuah bisnis dapat difranchisekan jika telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Bukan mengikuti kelatahan belaka. Syarat tersebut, menurut   buku  Franchising the Most Practical and Excellent Way of Succeding : Membedah Tawaran Franchise Lokal Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama tulisan  Bambang N. Rachmadi, franchisee  outlet McD di Indonesia ini,  menyebutkan bahwa franchise merupakan sebuah system bisnis  atau usaha yang telah terstandar secara baku dan teruji kesuksesannya. Lalu system ini dijual lisensinya ke pihak lain dengan imbalan fee kepada pemilik system tersebut.

Ingat, dalam difinisi di atas ada kalimat yang sengaja diberi penekanan, yaitu teruji kesuksesannya. Bambang N Rachmadi bahkan mendefiniskan secara khusus, bahwa sebuah bisnis difranchisekan karena memiliki kinerja  unggul karena didukung oleh sumberdaya berbasis pengetahuan dan orientasi kewirausahaan yang cukup tinggi dengan tata kelola yang baik, yang dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dengan melakukan hubungan kontraktual untuk menjalankan bisnis di bawah format bisnisnya dengan imbalan yang disepakati. Uraian di atas jelas memberikan gambaran khusus mengapa sebuah bisnis difranchisekan, yaitu memiliki reputasi sukses, memiliki standar secara baku baik pengelolaan maupun prosedur layanannya.  Lantas apakah para pebisnis cukup memahami syarat-syarat tersebut dan memahami kriterianya?

Menangkap dengan Tenang 

Banyaknya  pameran bisnis, maupun iklan-iklan yang menawarkan bisnis franchise kepada masyarakat harus disikapi dengan upaya edukasi yang optimal terhadap pelaku bisnis franchise, baik kepada franchisor maupun franchisee. Lembaga terkait seperti Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), konsultan bisnis franchise, dan lembaga pendukung lainya, termasuk didalamnya peran pemerintah yang terkait, harus semakin menyadari bahwa bisnis franchise yang hadir tengah masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Masalahnya adalah apakah ada aturan yang kompatibel untuk mengaturnya? Apakah masyarakat pebisnis sudah teredukasi dengan baik, undang-undangnya memadai, serta ada iklim kondusif yang membuat system bisnis franchise dapat berkembang dan tumbuh seperti yang diharapkan. Ibarat menangkap ikan, para pebisnis harus tetap tenang menangkapnya, dengan keadaan sadar dan penuh perhitungan.

Angin Segar 

Kehadiran system bisnis franchise disisi lain telah memberikan angin segar bagi tumbuhnya ekonomi baru karena adanya duplikasi system bisnis yang memungkinkan sebuah system bisnis dapat berkembang secara cepat dalam waktu yang relative pendek. Lihatlah bagaimana McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Wendy’s. Atau brand lokal seperti RM Padang Sederhana, Bakmi Japos, Ayam Bakar Wong Solo,  Es Teler 77, Alfamart, Indomart, dan ratusan merek lokal lainnya yang telah berkembang dan berbiak  menjadi menggurita dengan system bisnis ini dalam waktu singkat ke seluruh tempat.

Banyak pihak berpendapat, kelebihan system bisnis ini memungkinkan seseorang yang ingin berbisnis serupa tidak usah terlalu repot-repot menjalani proses trial and error yang dijalani bertahun-tahun dan dengan biaya yang tidak sedikit. Tetapi pihak lain mengungkapkan argumentasinya bahwa untuk menggunakan system bisnis franchise pada sebuah produk atau merek harus teruji kehandalanya. Seberapa jauh keandalan dan reputasi itu, waktu yang menentukan. Bukan dua, tiga atau lima tahun, yang merupakan waktu-waktu yang pendek   untuk rentang sebuah usaha disebut teruji kehandalannya.

Apapun, kesadaran masyarakat memahami bisnis franchise lebih penting agar sinergi diantara franchisor dan franchise dapat saling menguntungkan dikemudian hari. Para franchisorpun tidak serta merta menginginkan usahanya berbiak dengan mengabaikan syarat untuk menetapkan franchisee yang baik. Syarat tersebut diantaranya adalah menetapkan bahwa franchisee juga harus memiliki kreatifitas  dan inovatif yang didasari semangat kewirausahaan dalam menjalankan bisnisnya,  dan harus tunduk pada kriteria-krieteria yang ditetapkan oleh franchisor.

Tujuannya agar standarisasi merek bisa tetap terjaga. Jangan sampai ada sebuah upaya seseorang yang memfranchisekan bisnisnya tetapi ia sendiri masih harus berjuang bagi keberlangsungan bisnis yang dijalankannya. Jangankan tentang support bisnis, SOP,  atau standarisasi, dan sebagainya, masih banyak pebisnis yang produknya masih belum teruji dan belum memiliki reputasi bisnis tetapi sudah berani menjualnya dengan system franchise. Tentu itu sah-sah saja, dan inilah titik terlemah system bisnis franchise di Indonesia.

Source

Tips Sukses Bisnis Kuliner

Seiring iklim wirausaha yang semakin membaik, banyak usaha yang berkembang dan mendulang sukses. Semakin terbuka peluang usaha yang menjanjikan dan memberi peluang keuntungan. Diantaranya bisnis kuliner. Ketatnya persaingan usaha makanan dan minuman ini tak menyurutkan mereka yang serius dan profesional menekuninya.

Sebagai panduan, berikut beberapa pertanyaan dalam memilih bisnis kuliner sebelum menekuni peluang yang menjanjikan ini:
  • Produk (makanan dan minuman) yang akan dijual? Makanan sekali-kali atau sehari-hari? 
  • Konsumen pasar dari produk yang akan dijual? 
  • Waktu penjualan (kapan konsumen mengkonsumi produk yang ditawarkan)? 
  • Fungsi makanan yang dijual bagi konsumen? 
  • Operasional pelayanan seberapa cepat produk Anda dapat disajikan ke konsumen? 
  • Harga jual produk? 
  • Pengembangan produk (apakah produk yang akan dijual dapat dikembangkan sehingga ada pilihan produk lain yang akan ditawarkan ke konsumen? 
  • Invesati (besaran dana yang dibutuhkan untuk memulai usaha)? Nilai investasi harus dihitung berdasarkan volume penjualan dan keuntungan yang didapat. Semakin tinggi investasi akan semakin tinggi pendapatan penjualan yang diharapkan. 

Ketatnya persaingan di bisnis kuliner memaksa setiap pelaku usahanya untuk bekerja ekstra demi meraih loyalitas konsumen. Mau tak mau, mereka harus lebih jeli dalam melihat pasar, mengemas produk yang ditawarkan, hingga menghadapi perilaku pesaing usaha.

Berikut beberapa tips demi memenangkan persaingan di bisnis kuliner:

Para pemilik usaha kuliner harus mengetahui secara lebih detail tentang konsep dari usaha yang dijalaninya, yaitu:
  • Produk: kekuatan dari produk yang djual, mulai dari bahan dasar, cara pengolahan dan penyajiannya.
  • Harga: harga yang ditawarkan untuk konsumen tertentu dan diwaktu tertentu.
  • Menu: komposisi dan pilihan menu yang tersedia untuk masing-masing segmen konsumen.
  • Pelayanan: menginformasikan berbagai jenis layanan yang tersedia untuk konsumen.
  • Fasilitas: menginformasikan fasilitas yang tersedia.
  • Lokasi: menginformasikan lokasi usaha kepada konsumen.

Kemudian kenali pesaing usaha untuk masing-masing komponen konsep yang disebutkan di atas, yaitu pesaing berdasarkan produk, harga, menu, layanan, fasilitas dan lokasi.

Rencanakan langkah-langkah yang akan diambil untuk mengungguli pesaing di masing-masing komponen tersebut dan laksanakan segera mungkin. Setelah dilaksanakan maka komunikasikan dan promosikan kepad para konsumen agar mereka mengetahuinya. Dan lakukan hal ini secara terus-menerus minimal evaluasi ini dilakukan setiap 6 bulan sekali.

10 Kesalahan Pebisnis Pemula

Banyak orang yang tertarik berwirausaha dan segera mencobanya. Namun akhirnya banyak yang tak bertahan lama dan jadi patah semangat. Karenanya sebagai pebisnis pemula perlu menghindari hal-hal di bawah ini :

1. Kaya ide, miskin keberanian. Resep sukses para pebisnis adalah tidak ragu dalam memulai ide usaha. Setelah cocok dengan satu ide usaha, maka lakukanlah. Jika ditunda maka kesempatan akan hilang. jangan khawatir soal keterampilan yang diperlukan. Jika ada niat, maka Anda akan terampil dalam usaha itu dengan sendirinya.

2. Kurang memiliki "modal" sebagai enterpreneur. Modal di sini menurut Purdi E. Chandra (pendiri lembaga bimbingan belajar Primagama) adalah berani mimpi, berani mencoba, berani merantau, berani sukses dan berani gagal. Kesuksesan dan kegagalan usaha adalah pelajaran berharga buat enterpreneur.

3. Tidak mengenali konsumen. Apakah kita sudah cukup mengenali pelanggan produk atau jasa kita? Pebisnis yang baik harus tahu apa keinginan konsumen saat ini dan mendatang, bagaimana pola beli dan bagaimana konsumen memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dengan pengetahuan ini Anda bisa berinovasi dan membuat produk yang bersaing.

4. Tidak berani bermimpi besar. Anda memang bukan Bill Gates bos Microsoft itu, atau Michael Dell pendiri Dell Computer. Tapi Anda bisa bermimpi seperti mimpi mereka. Banyaklah membaca biografi pengusaha sukses untuk memotivasi bisnis Anda.


5. Bingung menentukan usaha yang akan dijalani. Anda bisa memulainya dari hobby. Steve Geppi seorang tukang pos di Amerika telah berhasil memiliki toko tempat menjual komik lama dengan harga tinggi. Ini semua karena hobinya membaca komik. Jika Anda kreatif bisa jadi Anda bisa menjual limbah kertas koran menjadi barang berharga yang bisa diekspor seperti Lucy Gani Wijaya dari Yogyakarta.

6. Tidak memiliki strategi rencana pemasaran dan penjualan. Dengan rencana pemasaran Anda dapat memfokuskan sasaran produk atau jasa yang ingin Anda jual. Sedangkan rencana penjualan adalah peta nyata mengenai gambaran dari mana hasil penjualan datang, bagaimana caranya dan dari siapa. Dengan strategi ini usaha jadi bisa dikendalikan sesuai tujuan kita.

7. Mencampuradukkan modal usaha dan keuntungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ingatlah, kita harus membuat kas keuangan yang cukup baik walau sifatnya mungkin masih sederhana. Jangan lantas menggunakan modal dan keuntungan hasil usaha untuk kebutuhan kita sehari-hari. jika Anda terpaksa mengambil dari kas, maka anggaplah itu pinjaman yang harus segera dilunasi.

8. Ingin cepat mengharapkan hasil. jangan berharap terlalu cepat untuk mengharapkan hasil dari usaha yang baru dirintis. Hasilnya mungkin baru dapat kita rasakan beberapa bulan yang akan datang.

9. Senang berbisnis sendiri. Jika Anda memiliki niat mulia untuk membuka lapangan pekerjaan, kenapa tidak berani membayar tenaga orang untuk mengerjakan sebagaian tanggung jawab Anda jika usaha Anda mulai berkembang? Hal ini menguntungkan karena Anda bisa memikirkan memperluas bidang usaha dengan ide-ide Anda yang lain tanpa terbebani secara teknis bisnis yang sudah Anda mulai lebih dulu.

10. Kurang sungguh-sungguh dalam berbisnis. Hasil yang Anda terima sepadan dengan usaha yang telah Anda berikan. Nah, jangan harap hasil yang Anda terima akan besar jika Anda mengerjakan bisnis Anda dengan setengah hati. Kesungguhan adalah salah satu kunci kesuksesan. (Ummi edisi spesial des-jan '04)

10 Bisnis Rumahan yang Menjanjikan

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas 10 Bisnis Rumahan yang Menjanjikan, antara lain:

1. Rental Mobil
Kalau Anda mau mulai usaha rental mobil, dana awal yang dibutuhkan memang cukup besar, sekitar 30 juta rupiah yang digunakan untuk membayar uang muka cicilan mobil. Namun, pasar penyewa mobil pun masih sangat terbuka, sehingga mendapatkan order 4 penyewa dalam sepekan untuk menutup biaya plus mendapatkan untung, adalah target yang cukup realistis.
Setelah mobil dilunasi pada tahun ketiga, mobil bisa dijual untuk dipakai lagi mencicil 2 mobil baru. Saat mobil semakin banyak, Anda perlu menambah budget operasional dengan komponen biaya iklan (sekitar 500 ribu per bulan) dan biaya surveyor.

2. Terima Jahitan
Ternyata tak mesti pandai menjahit bila ingin punya usaha terima jahitan. Ini dialami sendiri oleh Bapak Royih pemilik usaha jahit Roy Mode Cirendeu, Pondok Cabe, yang sudah memiliki usaha sejak 1993. Tapi tentu lebih baik bila Anda tahu teori menjahitnya agar tetap bisa mensupervisi pekerjaan para karyawan.
Bila tempat usaha Anda di pinggir jalan, Anda tinggal pasang plang atau menyebar brosur. Tetapi tak usah kecil hati bila rumah Anda ada di pojok terpencil. Yang penting Anda mau banyak bersilaturahmi mendatangi kenalan dan kerabat untuk mencari pelanggan, termasuk rajin mendatangi perkantoran atau sekolah-sekolah.

3. Salon Kecantikan
Menyadari bahwa setiap wanita pastilah ingin tampil cantik, memiliki usaha salon kecantikan tentu menjanjikan penghasilan lumayan. Sebagai pengusaha pemula, tak perlu berpikir susah dalam membuka salon. Cukup sediakan pelayanan standar seperti potong rambut, facial, creambath dan lulur, bila dilengkapi dengan kenyamanan dan keramahan akan membuat pelanggan datang satu demi satu.

4. Warung Makan
Warung makan memang bisnis yang tak pernah sepi. Siapa sih orang yang tak butuh makan? Para bujangan yang belum berkeluarga, mengandalkan warung makan untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka yang sudah berkeluarga juga membutuhkan kepraktisan hidangan. Apalagi bila tempat usaha berada dekat pabrik, sekolah atau perkantoran. Jam-jam makan siang dan malam, warung makan hampir dapat dipastikan selalu padat pengunjung.
Perhatikan tiga hal utama dalam usaha warung makan. Kualitas yang terjaga, tempat yang resik serta pelayanan yang ramah. Bila tiga hal ini sudah terpenuhi, konsumen tentu tidak segan kembali bahkan akan memberikan promosi pada kenalan-kenalan mereka.

5. Toko Obat

Tak ada yang bisa menunda datangnya sakit. Kalau badan sudah tak nyaman, mau tidak mau, suka tidak suka, berapapun harga sudah tak dirasa. Obat pasti dicari. Itu sebabnya, punya toko obat amat menjanjikan. Asalkan ada tempat, wilayah perumahan elite atau kampung padat pun jadi. Bahkan makin ramai penduduknya makin baik buat usaha toko obat.
Syarat utama untuk membuka toko obat, tentu harus ada izin yang bisa dikantongi oleh seorang, minimal, asisten apoteker. Syukur Alhamdulillah kalau Andalah si asisten apoteker itu. Kalau tidak, pilihannya adalah menggaji asisten apoteker (tidak disarankan untuk pengusaha pemula) atau meminjam (menyewa) izinnya.
Dalam hal ini, sang asisten apoteker cukup mendampingi usaha dan datang sesekali bila perlu. Sebab, obat-obat yang diperdagangkan pun hanya dari jenis obat bebas saja.

6. Bunga Hias
Punya hobi merawat tanaman, juga bisa memberi penghasilan yang lumayan. Hal ini sudah dibuktikan oleh Pak Sri Hartoyo dari Jalan Kukusan, Beji, Depok yang memiliki usaha jual beli tanaman hias. Bahkan, sebagai langkar awal, Anda cukup membeli tanaman jadi yang sudah dipasang dalam pot. Selain langsung dijual, tanaman hias ini bisa Anda regenerasi dengan cara dipecah dua atau dicangkok hingga tergandakan setelah 4 bulan. Usaha tanaman hias sangat baik bila berada di lokasi pinggir jalan utama. Bila tidak, Anda perlu menambah sedikit usaha ekstra dalam melakukan promosi.

7. Bisnis Basar Kue Kering
Bisnis kue kering memang identik dengan masa-masa panen di hari raya. Namun, bila serius melakoninya, pada bulan-bulan biasa pun setidaknya 100 toples kue bisa terjual. Ini dibuktikan sendiri oleh Ibu Sterna dari Duta Bintaro, Serpong Tangerang yang sudah enjoy berbisnis katering dan produksi kue kering. Kue-kue kering bisa dipasarkan dengan cara titip jual atau promosi dari mulut ke mulut. Bahkan diketahui cara kedua ini lebih efektif sehingga penjualan kue kering Ibu Sterna pun tak pernah surut. Bila Anda rasa pendapatannya tak begitu besar, lihat bahwa modal dan biaya operasionalnya pun kecil saja. Sambil bersendau gurau dengan keluarga, Anda bisa menguleni adonan juga memanggang. Tahu-tahu, 100 toples terhidang. Anda berminat ikuti jejaknya?

8. Bimbingan Belajar Privat
Lembaga bimbingan belajar memang banyak, tapi banyak pula anak didik yang lebih 'kena'bila diajar secara pribadi alias privat. Selain lebih terarah, fokus perhatian guru pun tidak terpecah. Situasi ini segera ditangkap Subekhi, alumnus D3 Fisika UI yang segera saja menjadikan bimbingan belajar privat sebagai sumber penghasilan.
Modal awalnya sangat kecil, karena tidak harus sekaligus ada, dan tak perlu pusing memikirkan kelas-kelas kursus atau gaji sekian banyak guru. Cukup mencari murid dan memasangkan dengan para guru lepas, penghasilan yang didapat dengan cara bagi hasil ini amat memadai. Apalagi, setiap murid yang memberi rekomendasi murid baru akan diberi komisi pula. Semakin banyak saja murid bisa di dapat. Subekhi "hanya" bisa mendapatkan 500 murid per semester. padahal ada belasan jutaan siswa SD, SMP, dan SMA di seluruh Indonesia. Sisanya mungkin milik Anda. Mengapa tidak mencobanya?

9. Fotografi
Punya ketrampilan fotografi jangan disia-siakan, karena bila dijadikan bisnis bisa jadi sumber penghasilan yang lumayan, sebagaimana ditekuni Jumari dari Berkah Foto Studio, Cengkareng, Jakarta Barat.
Modal awal yang dibutuhkan memang cukup besar bila ingin mendapatkan hasil maksimal. Namun, tak usah khawatir, banyaknya event seminar, reuni, pesta pernikahan, acara-acara perkantoran bisa membuat investasi Anda cepat kembali kok.

10. Produksi Dompet
Punya tak punya uang, tiap orang hampir selalu punya dompet. Bu Ida rupanya cukup jeli melihat kebutuhan masyarakat akan dompet ini. Makanya kejeliannya melihat dompet membuatnya memutuskan menjadi produsen dompet bahan parasut yang banyak dijajakan di hampir setiap setiap pasar, stasiun, terminal bahkan gelaran-gelaran kaki lima.
Cukup menggandeng dua penjahit tetap, ia mampu menyelesaikan produksi di rumahnya di Kampung Sumur, Klender, Jakarta Timur hingga mencapai 1500 lusin per bulan di kala orderan sedang meningkat. Tentu tak hanya dikerjakan dua pegawainya, melainkan dengan menggandeng pula penjahit borongan yang dipanggil sesuai banyaknya order pesanan.
Awalnya ia menawarkan dompet-dompet ini pada pedagang dan pemasok. Namun, seiring waktu, kini produk Akbar Mandiri, nama perusahaan Ida, sudah banyak dicari para pedagang dan konsumen. (Ummi edisi spesial Des-Jan '04)

Tips Sukses Mengambil Bisnis Franchise Bagi Pemula

Untuk memulai bisnis franchise makanan yang perlu diperhatikan yaitu:

Pertama, sudah banyak yang menjual jenis makanan dan persaingan di lingkungan tersebut maka yang perlu disiapkan diawal adalah mindset dan mental sebagai seorang entrepreneur (wirausaha), siap menerima dan menjalankan tantangan yang ada, siap tidak menyerah dan mau bangkit lagi jika menemui kegagalan.

Lalu pilihlah jenis makanan yang belum ada dan mempunyai keunikan dan perbedaan dari yang lainnya. Punya nilai kreatifitas dan inovasi dari jenis-jenis yang sudah ada di lingkungan tersebut.

Kedua, jika ingin memulainya dengan memilih sistem beli franchise (waralaba/kemitraan) maka pelajari lah semua penawaran franchise yang diberikan oleh para franchisor (pemberi pewaralaba).

Jangan lupa, berkunjung lah ke para franchisee (penerima waralaba) yang sudah bekerjasama dengan franchisor tersebut, apa kiat sukses mereka sehingga bisa terus menjalankan sistem franchise yang dijalankan.

Ketiga, sebagai calon franchisee (penerima franchise), Anda juga harus mempelajari Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Di peraturan tersebut dijelaskan tentang kriteria usaha waralaba, hak dan kewajiban masing-masing franchisee dan franchisor, perjanjian kerjasama yang benar dan lain-lain.

Keempat, jika nanti sudah menjalankan usaha franchise, anda tidak bisa berharap akan berhasil tanpa kerja keras dari sang pemilik usaha. Anda sendiri harus aktif dan menjalankannya dengan sungguh-sunguh sesuai sistem yang diberikan oleh franchisor. Jangan sungkan-sungkan untuk meminta bantuan kepada pihak franchisor.

Kelima, bisnis makanan tentu harus memperhatikan mutu dari makanan yang diberikan sesuai sistem, untuk itu juga kita patut memberikan pembinaan dan pengawasan kepada para karyawan anda.

Keenam, mengenai persaingan yang ada di lingkungan tersebut, maka perlu adanya inovasi dan kreatifitas dalam memberikan promo-promo menarik setiap periodenya agar para pelanggan akan setia membeli di outlet kita.

Waralaba adalah duplikasi usaha yang SUDAH SUKSES, untuk dimiliki dan dijalankan oleh orang lain. Sengaja saya berikan caps lock di tulisan “sudah sukses” karena ini merupakan syarat utama dari bisnis waralaba. Memang agak sulit menentukan sukses tidaknya sebuah usaha, namun yang paling sederhana adalah melihat bahwa usaha tersebut sudah terbukti mencapai BEP dan memiliki keuntungan per bulan yang cukup memuaskan. Berikut adalah beberapa istilah dalam waralaba/franchise:
  • Franchisor:
    Pemberi franchise
  • Franchisee:
    Penerima franchise
  • Master Franchising:
    Pemberian hak kepada penerima franchise untuk suatu wilayah khusus secara eksklusif. Berikut hak kepada penerima untuk mensub-franchise-kan usahanya di wilayah tersebut.
  • Franchise fee:
    Biaya pembelian hak franchise untuk jangka waktu tertentu
  • Royalti fee:
    Biaya kontribusi yang diberikan oleh franchisee kepada  franchisor secara periodik
  • Advertising fee:
    Biaya kontribusi yang diberikan oleh franchisee kepada franchisor sebagai kontribusi melakukan kegiatan promosi yang bersifat nasional.

Seperti bisnis-bisnis kebanyakan di dunia ini, sistem waralaba juga memiliki keunggulan dan kekurangan. Keunggulan sistem waralaba adalah :

Sebagai franchisee (penerima waralaba)
  1. Memperoleh program pelatihan yang terstruktur dari franchisor
  2. Mendapat bantuan manajemen secara terus menerus
  3. Mendapat keuntungan dari kegiatan operasional dibawah nama dagang yang telah mapan.
  4. Membutuhkan modal yang lebih kecil.
  5. Resiko bisnis relatif kecil.
  6. Memperoleh dukungan riset dan pengembangan dari franchisor.
  7. Mendapatkan akses kepada sumber-sumber pembiayaan.
  8. Pendampingan dalam memilih lokasi yang strategis.
  9. Dapat melakukan promosi bersama outlet lainnya.
Sebagai franchisor (pemberi waralaba):
  1. Perluasan usaha cepat berkembang.
  2. Modal pengembangan usaha relatif sedikit.
  3. Tingkat pengembalian investasi tinggi, karena adanya:
    • Franchise fee
    • Royalty fee
    • Advertising fee
    • Merchandising
    • dll
  4. Kekuatan pemasaran tinggi, karena memiliki cabang yang lebih banyak.

Sedangkan beberapa kerugian umum (dari pihak franchisee) di sistem waralaba ini adalah :
  1. Adanya keharusan membayar royalty fee kepada franchisor untuk penggunaan sistem waralaba.
  2. Kemungkinan kerjasama dan kualitas dukungan franchisor yang tidak konsisten sesuai kontrak kerjasama.
  3. Ketergantungan yang besar kepada franchisor sehingga menjadi kurang mandiri.
  4. Reputasi dan citra bisnis yang diwaralabakan menurun di luar kontrol franchisor dan franchisee.
Lalu timbul pertanyaan, apakah semua jenis usaha bisa menggunakan sistem waralaba seperti ini? Silahkan disimak beberapa ketentuan umum bisnis seperti apa yang bisa diwaralabakan:
  • Bisnisnya bisa distandarkan (bentuk, desain, cara operasional, bahan baku,dll)
  • Memiliki keunikan (berbeda dari kompetitor, tidak mudah ditiru, dan memberikan nilai tambah untuk penjualan)
  • Transferable dan transparan (dapat diajarkan dan mampu bersifat terbuka)
  • Terbukti sudah berhasil dijalankan.
  • Marginnya cukup besar untuk berbagi royalty.
  • Bahan bakunya bisa disediakan di berbagai lokasi.
  • Prospek bisnisnya cukup besar untuk jangka panjang.
Dari segi legalitas, berikut tahapan-tahapan yang perlu dilakukan oleh pemilik usaha agar usahanya dapat diwaralabakan kepada orang lain secara legal:
  • Mendirikan badan usaha
  • Pendaftaran merek
  • Mempersiapkan prospektus (dokumen penjelasan mengenai fakta-fakta terkait bisnis yang ditawarkan)
  • Mendaftarkan prospektus ke Kementrian Perdagangan-Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Pada akhir proses ini akan diterbitkan STPW (Surat Tanda Pendaftaran Waralaba)
  • Membuat sistem yang terstandar lengkap dengan manualnya secara tertulis
  • Mempersiapkan rancangan kontrak waralaba (tentunya dalam bahasa Indonesia dan merujuk pada hukum di Indonesia)

Perbedaan Bussiness Opportunity, Lisensi dan Waralaba

Secara umum, Bisnis Waralaba, Bussiness Oppotunity (BO) dan Lisensi memiliki kesamaan arti sebagai sebuah konsep kemitraan dalam bisnis. Artinya, ada dua pihak, yaitu pemberi hak dan penerimanya yang sama-sama meraih benefit dari kerja sama kemitraan saling percaya tersebut. Tiga model konsep bisnis ini juga memiliki kesamaan dari sisi tingkat resiko bagi peminat investasi, yaitu meminimalisir faktor kegagalan yang sebelumnya sudah diambil alih oleh pemberi hak melalui pembuktian bisnis atau merek dalam rentang waktu tertentu di tahap awal.

Pada tiga model bisnis tersebut juga memiliki kesamaan dari sisi support, dimana pemberi hak memiliki keharusan untuk men-support penerima hak agar bisa menjalankan bisnis hingga sukses.
Waralaba, Bussiness Opportunity dan Lisensi

Namun demikian, ada perbedaan antara Waralaba, Bussiness Opportunity (BO) dan Lisensi yang sangat prinsipil dari masing-masing konsep. Tapi, sekarang ini agak sulit untuk kita tahu mana yang waralaba, mana yang lisensi dan mana yang sebenarnya BO. Menurut Utomo Njoto, pakar Franchising, ada 6 (enam) hal untuk bisa membedakan ketiganya : Pertama, dari aspek merek; waralaba dan lisensi itu menggunakan merek milik franchisor atau lisensor. Tapi kalau BO tidak harus menggunakan merek milik yang jual BO.

Kedua, fokusnya. Waralaba fokusnya pada sistem bisnis. Lisensi lebih fokus pada hak kekayaan intelektual (HKI). Sedangkan BO seharusnya bicara tentang paket usaha (start up package) seperti ada mesin-mesin, bahan baku supply-nya, dan seseorang diajar untuk memulai sebuah bisnis tetapi mereknya boleh merek sendiri. Jadi lebih sederhana sebenarnya.

Di waralaba harus ada sistem support, ada pra operasional, pra launching, ada supervise launching dan ada pasca launching.

Ketiga, marketing communication. Nah di waralaba ada unsur yang terpusat. Full advertising fund dan national level sepending yang berasal dari franchisor. Tapi kalau Lisensi dan BO tidak harus terpusat. Malah sebetulnya mereka tidak berhak mengambil full advertising.

Keempat, terkait dokumen HKI. Di Indonesia waralaba itu boleh dalam bentuk surat permohonan pendaftaran merek. Seharusnya dan sebetulnya sudah menjadi sertifikat, tapi karena di Indonesia prosesnya panjang maka boleh dalam bentuk surat permohonan pendaftaran merek. Sedangkan untuk lisensi merek itu harus sertifikat merek.

Kelima, terkait regulasi. Di waralaba ada PP dan Permendag yang mana mengatur harus ada pendaftaran STPW  (Surat Tanda Pendaftaran  Waralaba) penerima dan pemberi waralaba. Di lisensi itu ada UU No. 15 mengenai merek dan lisensinya ada di pasal 43 sampai 49 yang isinya dalam hal lisensi harus ada pencatatan perjanjian lisensi.

Keenam, masalah sanksi. Di waralaba ada peringatan tertulis tiga kali dan denda paling banyak Rp 100 juta. Sedangkan di lisensi merek tidak terlalu ketat saat ini karena Departemen Hukum dan HAM sedang merumuskan PPnya. Di BO peraturannya belum jelas.

Keuntungan Berbisnis Waralaba

Waralaba adalah sistem duplikasi kesuksesan bisnis dari franchisor yang notabene telah memiliki usaha yang terbukti sukses, memiliki merek yang cukup terkenal dan memiliki system duplikasi kesuksesan usaha (SOP) kepada entrepreneur (franchise) yang belum mengerti dan paham tentang bisnis. Pendek kata adanya franchise memudahkan orang untuk menjadi entrepreneur dan yang lebih dasyat lagi, tingkat keberhasilan usaha relatif lebih besar bila dibandingkan dengan memulai usaha sendiri dari nol.trans “Waralaba”, Apa Keuntungannya?trans “Waralaba”, Apa Keuntungannya?

Waralaba merupakan sistem keterkaitan usaha vertikal antara pemilik paten yang menciptakan paket teknologi bisnis (franchisor) dengan penerima hak pengelolaan operasional bisnis (franchisee). Jadi sesungguhnya waralaba dapat dikatakan sebagai teknik menjual “Sukses” dari usaha yang sudah berhasil.
Bisnis waralaba dicirikan dengan adanya :

  • Franchisor yang menawarkan paket usaha
  • Franchisee yang memiliki unit usaha (outlet) yang memanfaatkan paket usaha milik franchisor
  • Ada kerjasama antara franchisor dan franchisee dalam hal pengelolaan unit usah
  • Ada kontak tertulis yang mengatur kerjasama

Hubungan kerjasama antara franchisor dan francisee merupakan aspek yang sangat kritikal dalam waralaba. Sukses keduanya tergantung kepada sinergi dari hubungan kedua belah pihak tersebut.

Keuntungan Berbisnis Waralaba :
Berinvestasi dibisnis franchise (waralaba) dapat menjajikan keuntungan yang menggiurakan ketimbang menaruh uang di deposito, apalagi dengan kondisi bunga bank saat ini yang dibawah 2 digit.

Pesatnya pertumbuhan waralaba beberapa tahun terakhir dengan beragam produk dan rentang nilai investasi yang juga beragam, memberikan banyak pilihan kepada calon investor franchise untuk menamkan modal di bisnis yang cukup menarik ini.

Pemodal kecil, cukup dengan Rp. 3,5 sampai Rp. 6 juta sudah dapat menjalankan usaha waralaba, sebaliknya pemodal kuat, lumayan banyak pilihan usaha mulai dari Rp. 100 juta sampai dengan milyaran rupiah.

Indonesia merupakan lahan subur untuk mengembangkan bisnis waralaba selain karena potensi penduduk sangat besar dan beragam merupakan calon pembeli yang berlimpah. Sudah cukup banyak cerita sukses yang diperoleh para waralaba dipentas bisnis Indonesia.

Resiko kegagalan bisnis waralaba jauh lebih kecil dibanding bisnis lain seperti Distributor, Direct Sales Business (Penjualan Langsung) dan berbagai konsep bisnis lain. Risiko kegagalan pembeli waralaba adalah 5% – 15%, sedangkan pada bisnis biasa berada di angka lebih dari 60%.

Konsep bisnis waralaba (franchise) akhir-akhir ini telah menjadi salah satu trendsetter yang memberi warna baru dalam dinamika perekonomian Indonesia. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir, animo masyarakat Indonesia terhadap munculnya peluang usaha waralaba sangat signifikan. Animo ini terefleksi pada dua cermin yakni : jumlah pembeli waralaba dan jumlah peluang usaha (business opportunity) yang terkonversi menjadi waralaba.

Keuntungan Waralaba di banding bisnis lain :
  • Biasanya mempunyai produk yang unik, tidak mudah ditiru
  • Mempunyai keunggulan dibandingkan dengan tipe usaha sejenis
  • Mempunyai konsep usaha yang telah terbukti berhasil
  • Produk/jasa yang terjamin
  • Sudah mempunyai nama
  • Adanya standarisasi dan pengoperasian yang jelas (SOP)
  • Resiko kerugian yang rendah

Pemilik usaha yang ingin mewaralabakan usahanya untuk publik harus benar-benar membenahi sistem dulu sebelum berani menjual konsep bisnisnya ke publik.

Analisa Omzet dan Keuangan dari Bisnis Franchise (Waralaba)

Bisnis Franchise (Waralaba) adalah salah satu bisnis yang cukup menjanjikan dan mempunyai potensi besar untuk meraup rupiah dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu faktor yang menarik minat pebisnis untuk membeli franchise tertentu adalah sistemnya yang sudah teruji. Namun, kesuksesan bisnis ini tidak hanya terletak pada sistemnya saja, keseriusan dan usaha dalam mengelola Franchise (Waralaba) juga menentukan kesuksesan bisnis tersebut. Sebelum memulai bisnis ini, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu.

Salah satu aspek paling penting adalah analisa keuangan. Tidak bisa dipungkiri, bisnis Franchise (Waralaba) memang sangat menggiurkan. Fakta membuktikan bawa sistem bisnis ini mampu mencapai omzet sampai Rp 4,1 trilyun setiap bulan. Tidak tanggung-tanggun, jumlah tenaga kerja yang mampu ditampung oleh bisnis ini hampir mencapai angka 1 juta. Jumlah tersebut memang sangat fantastis untuk ukuran bisnis kecil dan menengah.

Apa reaksi Anda ketika pertama kali ditawari seseorang untuk berbisnis Franchise (Waralaba)  Apakah Anda tertarik dan segera membeli Franchise (Waralaba) tanpa perlu berpikir panjang karena sistemnya sudah terbukti? Kebiasaan ini seharusnya dihindari karena sistem teruji belum tentu mampu menjamin keuntungan besar setiap bulan. Jika Anda pebisnis sejati, Anda pasti akan melontarkan banyak pertanyaan dan menghitung seberapa besar keuntungan yang mungkin diraih dan apa saja risiko yang mungkin dihadapi nantinya.

Franchise (Waralaba) hampir tidak ada bedanya dengan perdagangan saham yang menjadikan indeks saham sebagai acuannya. Sebagai pemilik modal, Anda menanamkan modal Anda dalam jumlah sekian juta rupiah kepada perusahaan/bisnis tertentu. Selain itu, Anda juga harus siap menghadapi segala risiko kerugian atau keuntungan dari bisnis tersebut. Namun, bisnis Franchise (Waralaba) mempunyai resistensi pasar yang mungkin lebih besar daripada perdagangan saham.

Seperti apakah analisa keuangan untuk Franchise (Waralaba)  Sama sepertinya bisnis lainnya, analisa diterapkan untk memprediksi kinerja keuangan. Sebagai langkah awal, Anda bisa menggunakan BEP Analysis untuk membandingkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk balik modal dengan besarnya laba dari sistem bisnis Franchise (Waralaba). Meskipun konsepnya hampir sama dengan perdagangan saham, perhitungan untuk Franchise (Waralaba) tidak serumit indeks saham. Perhitungan ini memang cukup sederhana dan tidak memerlukan kecerdasan matematis tingkat tinggi.

Pengusaha Vs Karyawan

Antara Pengusaha Vs Karyawan - Banyak diantara kita yang mendambakan ingin mempunyai usaha sendiri, karena walau bagaimanapun setiap orang selalu menginginkan sesuatu yang lebih. Namun masalah yang dihadapi sekarang ini adalah peluang untuk bisa membangun bisnis sendiri memang tidaklah mudah, bayangkan saja apabila kita menghitung-hitung untuk modal awal saja rasanya pikiran ini sudah membuat dompet kita kembang kempis. Belum lagi memikirkan cara membuat produknya, membangun marketnya dan lain-lain, sehingga tidak mengherankan apabila banyak diantara kita yang memilih menjadi karyawan saja, karena dengan menjadi karyawan setiap bulan pasti dapat gaji.

Berapa banyak orang tua yang mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi pengusaha. Bandingkan dengan orang tua yang menyuruh anak-anaknya agar bercita-cita jadi pegawai. Melihat budaya masyarakat kita, memang sepertinya opsi kedua yang lebih banyak. Kebanyakan dari kita menginginkan anak-anak agar punya cita-cita dengan profesi-profesi yang dianggap lebih menjanjikan ketimbang jadi pengusaha.

Begitulah didikan kita sejak kecil. Pola berpikir (mindset) kita sudah terbiasa dengan bercita-cita untuk menjadi dokter, pilot, PNS, insinyur, dan profesi lainnya. Tapi jarang, bahkan dulu hampir tidak ada pendidikan yang mengarahkan kita untuk menjadi pengusaha. Paling-paling kita disuruh untuk menciptakan lapangan kerja. Tapi di sisi lain kita tidak pernah dibimbing untuk tahu bagaimana caranya menciptakan lapangan kerja.

Lulus sekolah atau lulus kuliah adalah ajang dimulainya menyebarkan surat lamaran. Ratusan lamaran pekerjaan dikirimkan ke berbagai perusahaan. Bahkan rela mendatangi satu demi satu perusahaan-perusahaan itu. Tak jarang yang mereka yang diusir security yang bosan menghadapi pertanyaan lowongan kerja. 

Maka dari itu, jalan terbaiknya memang dengan berani untuk melakukan terobosanatau membuka usaha sendiri. Karena dengan mempunyai usaha sendiri berarti kita mempunyai peluang untuk bisa meningkatkan pendapatan bulanan kita, walaupun memang dibutuhkan waktu dan usaha serta doa untuk menggapainya. Tetapi dapat dipastikan apabila dengan berusaha sendiri maka, kita akan memperoleh hasil yang sesuai dengan usaha yang kita lakukan.

Resiko bangkrut adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan masyarakat usia produktif enggan memilih menjadi wirausaha. Bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang beranggapan bahwa membuka usaha sendiri hanya mungkin dilakukan olehmereka yang terlahir dari keluarga kaya, yang bisa meminta modal seenaknya kepada orang tua. Padahal, untuk menjadi seorang wirausaha, anda tidak melulu harus punya uang/modal, bahkan hanya dengan modal ide gagasan kreatif dan inovatif pun anda sudah bisa menjadi seorang wirausaha dengan cara menjual ide anda, atau joint dengan orang yang mempunyai modal, atau meminta pinjaman dari pihak bank/penyandang dana dengan bunga rendah. Yang penting adalah kemauan, serta jangan malu untuk memulai sebuah usaha dari kecil. Bahkan seandainya usaha anda tetap kecil, buatnya 10 usaha kecil lainnya yang serupa, maka anda akan menerima keuntungan 10x lebih banyak.

Semua bidang usaha pasti memiliki resiko. Bahkan saat kita menjadi karyawan sekalipun ada resiko pemotongan gaji atau di pecat. Tapi apakah kemudian kita harus menyerah sebelum berperang? Jawabnya tidak. Resiko usaha bisa diminimalisir di-manage dan diprediksi sebelumnya melalui perencanaan yang matang. Selain itu, membuka usaha dengan cara patungan juga bisa meminimalisir resiko karena hutang-hutang perusahaan saat bangkrut akan ditanggung bersama-sama.

Lalu, apa bedanya Pengusaha dan Karyawan?

Ada karyawan yang bilang kalau menjadi pengusaha itu lebih enak. Penghasilan lebih besar, nggak terikat dan diatur-atur sama atasan. Tapi ada juga pengusaha yang berpikir kalau jadi karyawan itu lebih enak. Kalau jadi karyawan tidak perlu pusing memikirkan perusahaan, gaji pekerja, dan lain-lain. Lalu apa bedanya kalau begitu?

Jadi karyawan memang lebih enak kalau gajinya besar. Penghasilan tetap dan keamanan ekonomi keluarga terjamin. Itu kalau gajinya besar. Kalau gajinya kecil, tentu beda lagi. Jelas karyawan akan pusing juga. Belum lagi ditambah tekanan perusahaan agar bekerja lebih baik. Begitu pun kalau jadi pengusaha. Pengusaha tentunya akan sangat enak kalau usahanya maju dan stabil. Tapi pengusaha yang sering pontang-panting dan pailit, tentunya juga bisa membuat pusing.

Dari segi mental sendiri, kalau karyawan mentalnya selalu penuh dengan hitung-hitungan. Misalnya, karyawan baru akan kerja kalau digaji. Karyawan juga baru mau menjalani lembur kalau ada uang lembur. Semua perkerjaannya jadi tidak maksimal karena terbebani dengan gaji. Apalagi kalau gajinya kecil, yang ada karyawan jadi sering ngedumel ketimbang meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja. Selain itu,karyawan sendiri umumnya miskin kreativitas dan inovasi, karena ruang lingkupnya dibatasi oleh posisi/jabatannya dalam perusahaan itu sendiri, atau bisa jadi karena sudah dipatron oleh pola perusahaan itu sendiri.

Kalau pengusaha mentalnya mental bebas. Tidak ada kontrol dan sistem yang bisa mengatur dirinya. Yang mengontrol dan mengatur dirinya, hanya dirinya sendiri. Pengusaha bekerja karena ia merasa memang harus kerja. Dia lembur karena memang dirinya harus lembur. Segala yang dia kerjakan dengan penuh kepuasaan dan kesenangan. Apapun yang dikerjakan orang dengan suka hati, maka hasilnya pun akan lebih maksimal daripada orang bekerja karena tekanan-tekanan.

Tapi memang mental kebanyakan orang ialah ingin cari aman. Tentu saja kalau mau cari aman harus dengan cara mendapatkan gaji yang tetap setiap bulan. Selain itu bisa menjalani masa tua dengan tenang karena mendapatkan uang pensiun. Tapi perlu diketahui kalau karyawan itu tidak bisa berkembang jauh. Kalau pun bisa berkembang, perkembangannya terbatas. Kalau pengusaha, ia bisa bebas berkreasi. Bisa berkembang dengan perkembangan yang tanpa batas.

Berikut beberapa point perbandingan antara Pengusaha Vs Karyawan :

Karyawan

1.Gaji tetap tiap bulan, bisa diharapkan.
2. Tinggal kerja saja tidak perlu banyak berpikir.
3.Bekerja penuh tuntutan dan tekanan.
4.Bekerja diawasi atasan.
5.Selalu ada resiko pemotongan gaji, PHK dan pensiun dini.

Pengusaha

1.Tidak memiliki gaji tetap, bahkan bisa tidak ada sama sekali.
2.Disamping bekerja ia harus berencana dan berpikir kreatif.
3.Bebas menentukan tujuan yang ingin dicapai.
4.Diri sendiri adalah atasan, bawahan. Dua dalam satu.
5.Tidak ada istilah pemotongan gaji, PHK atau pensiun.

Bagaimanapun, keputusan untuk menentukan langkah ada di tangan anda sendiri, apakah mau menjadi karyawan atau pengusaha. Menjadi karyawan demi mendapatkan pengalaman sah-sah saja. Namun, merintis usaha juga bukan hal yang mustahil asal dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Tips Menjadi Pengusaha Muda Sukses

Tips Menjadi Pengusaha Muda Sukses - Semua orang tentu ingin menjadi seorang yang sukses di dalam bidang apa saja yang sedang digelutinya. Dari sekian banyak orang yang punya keinginan itu, hanya sedikit yang mampu mewujudkannya. Berikut adalah 10 Tips Menjadi Pengusaha Muda Sukses yang sangat penting untuk di ketahui bagi mereka yang ingin sukses di dalam segala usaha mereka. Selamat membaca.

1. Awali Dengan Impian dan Imajinasi
Sebelum manusia bisa mendarat di bulan, tak pernah ada yang berfikir bahwa hal itu adalah sebuah kenyataan. Ide mendarat di bulan pada awalnya adalah sebuah mimpi indah yang tak akan pernah terwujud. Namun impian dan imajinasi itu akhirnya berubah menjadi kenyataan ketika seseorang telah membuktikannya dengan pendaratan manusia pertama kali ke bulan. Yang perlu diingat adalah segala sesuatu keberhasilan itu bermula dari impian dan keyakinan dengan didorong oleh kerja keras untuk mewujudkannya. Jika anda mempunyai impian untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses dan punya niat untuk mewujudkannya, maka segeralah bangun dari mimpi anda. Bekerja keraslah untuk segera merubah mimpi anda itu menjadi kenyataan. Hanya seorang pemimpi yang mampu menciptakan dan membuat sebuah terobosan dalam produk, jasa ataupun ide yang bisa sukses. Mereka tidak mengenal kata tidak bisa atau tidak mampu.

2. Semangat dan Kegigihan

Antusiasme, semangat dan kegigihan adalah sebuah modal utama di dalam memulai sebuah perjuangan baru untuk mencapai keberhasilan. Bila anda loyo, tidak bersemangat dan dan bermalasan, yakinlah tidak lama lagi anda akan segera mengalami kegagalan total. Carilah motivasi usaha anda itu dengan mempelajari perjuangan pengusaha-pengusaha yang sukses pendahulu anda.

3. Mempunyai Pengetahuan Dasar-dasar Bisnis

Tanpa adanya pengetahuan dasar-dasar bisnis hanya akan membuat usaha anda seperti sebuah kelinci percobaan. Kemungkinan besar hanya akan banyak mengalami kegagalan. Tidak akan ada sukses tanpa sebuah pengetahuan. Yang terbaik adalah belajar sambil bekerja. Bekerja dengan orang lain dulu sebelum anda menjadi pebisnis sangat membantu anda menyerap ilmu dan pengalaman dan siap sukses.

4. Berani Mengambil Resiko

Setiap sesuatu yang kita usahakan tentu akan ada resikonya. Semakin besar hasil yang ingin dicapai, tentu kemungkinan resiko yang akan dialami apabila mengalami kegagalan juga besar. Orang yang berani mengambil resiko adalah calon orang yang sukses. Jangan takut akan kegagalan, tapi jadikanlah kegagalan itu sebagai batu loncatan menuju kesuksesan.

5. Kerja KerasHanya dengan bekerja keraslah sebuah usaha akan mengalami kemajuan dan kesuksesan. Bohong apabila ada yang mengatakan dia meraih keberhasilan yang gemilang hanya dengan duduk beberapa saat di tempat kerja seperti yang sering dikatakan pengiklan di internet. Sebenarnya awal mula mereka merintis usahanya itu adalah dengan kerja keras tanpa mengenal putus asa dan banyak berkorban waktu dan tenaga.

6. Mau Belajar Dari Pengalaman Orang Lain
Pepatah mengatakan: “Pengalaman adalah guru yang terbaik.” Seorang calon pengusaha yang sukses mau mengambil pengalaman dari orang lain dan dari dirinya sendiri. Apapun pengalaman seseorang itu baik kesuksesan atau kegagalan harus dijadikan suatu pelajaran yang berharga sebagai panduan dia dalam memulai usaha atau mengembangkan usahanya.

7. Bersedia Menerima kritikan dan Nasehat Dari Orang Lain
Sebagian orang menganggap bahwa kritikan yang ditujukan kepadanya itu adalah sebagai sebuah penghambat bagi kelangsungan usahanya. Akan tetapi bagi orang yang berfikir normal akan menjadikan kritikan atau bahkan nasehat dari orang lain itu sebagai gurunya yang membimbing dia ke arah sukses. Menerima kritikan berarti menyadari bahwa kita mempunyai kekurangan. Dengan mengetahui kekurangan yang ada pada kita maka kita bisa memperbaiki kekurangan itu. Berterimakasihlah kepada orang yang mau menegur dan mengkritik kita.

8. Menjalin Kerjasama Dengan Orang Lain
Betapapun pandainya seseorang itu, apabila dia bekerja sendiri maka perjuangannya itu hanya akan sia-sia belaka. Tidak ada seorang pebisnis pun yang mampu bekerja sendiri. Kerjasama dengan rekan, teman, mitra kerja dan klien sangat penting bagi perkembangan suatu bisnis. Merekalah yang akan memberi masukan, saran dan kritik dan membantu di saat-saat sulit. Seorang pebisnis harus mampu menjalin kerjasama dan bergaul untuk menjalin relasi bisnis dengan seluas-luasnya.

9. Berani Menghadapi Kegagalan
Jangan dikira para pebisnis yang telah mapan dan maju tidak pernah mengalami kegagalan. Bahkan mereka pun suatu waktu pernah mengalaminya. Hanya saja mereka tidak pernah putus asa dan terus berusaha sampai sukses. Orang yang takut gagal adalah orang yang pengecut yang tidak berani melakukan apapun dan kerjanya hanya menghayal saja.

10. Tidak Suka Menunda
Seperti kata pepapatah: “Time is money!” Oleh karena janganlah suka menunda-nunda suatu pekerjaan. Lakukanlah saat ini, sekarang juga selagi ada kesempatan. Menunda suatu pekerjaan berarti adalah suatu kerugian yang akan membuat anda menyesal.